Kurang dari dua minggu setelah pejabat senior AS memperingatkan bahwa Rusia, China, dan musuh-musuh lainnya akan meluncurkan berbagai operasi pengaruh dan kampanye disinformasi yang ditujukan untuk pemilihan paruh waktu mendatang, para peneliti menemukan jejak upaya memfitnah secara online.
Sebuah laporan Kamis (13/10) oleh perusahaan keamanan siber "Recorded Future" memperingatkan Rusia dan China, khususnya, telah menghidupkan kembali akun media sosial yang selama ini tidak aktif atau telah memperkuat operasi pengaruh lainnya dalam upaya mempengaruhi pemilih AS atau menabur kekacauan dan ketidakpuasan ketika warga Amerika pergi ke tempat pemungutan suara.
BACA JUGA: Pejabat AS Yakinkan Warganya Bahwa Pemilu Paruh Waktu Mendatang Dapat DipercayaDibandingkan dengan pemilihan presiden AS tahun 2020, para peneliti menemukan bahwa “perilaku seperti itu kemungkinan hanya meningkat dengan latar belakang perang konvensional dan hibrida di Ukraina, konsekuensi internasional yang luas dari konflik tersebut, efek yang tersisa dari pandemi global, dan ketidakpercayaan yang meluas pada lembaga-lembaga demokrasi tradisional.”
Baik Rusia maupun China telah lama membantah campur tangan dalam pemilu AS, tetapi temuan itu tampaknya meningkatkan kekhawatiran yang baru-baru ini disuarakan oleh Biro Investigasi Federal Amerika (FBI).
FBI memperingatkan pekan lalu bahwa sementara infrastruktur pemilihan daerah dijamin aman, aktor siber jahat seperti Rusia, China dan juga Iran “dapat berusaha menyebarkan atau memperkuat klaim yang salah atau dilebih-lebihkan soal pemilihan yang dicurangi.” [lt/pp]