Penembakan mengguncang Kota Bakhmut di Ukraina timur pada hari Sabtu (7/1), meskipun Presiden Rusia Vladimir Putin telah mendeklarasikan gencatan senjata selama 36 jam untuk merayakan Natal Ortodoks.
Tembakan artileri terdengar di kedua sisi garis depan di Bakhmut, di mana pasukan Rusia telah memusatkan sebagian besar kekuatannya untuk mencoba mendorong ke barat menuju Kramatorsk.
Kota yang dulunya berpenduduk 70.000 orang ini sekarang menjadi kota yang sebagian besar diterlantarkan. Penduduknya yang kian berkurang, bertahan hidup berkat bantuan para sukarelawan yang menyediakan tenda-tenda yang dilengkapi listrik, layanan internet, pemanas, air, dan obat-obatan.
"Ketika kami mengunjungi sebuah posko kemarin selama 15-20 menit, sebuah roket menghantam kami. Roket itu merusak kendaraan relawan, menewaskan satu orang, dan melukai empat orang," kata Vasyl Lieslin, seorang relawan kemanusiaan yang mengenakan helm dan jaket anti peluru, kepada wartawan Reuters di lapangan.
"Beberapa relawan cedera, dan seorang relawan Bakhmut lokal kehilangan anggota badan dan dievakuasi. Saya berharap bahwa orang-orang mengenakan alat pelindung, tetapi situasinya tidak jelas. Kami tahu mereka terluka parah," kata Lieslin.
Olha, yang menolak memberikan nama keluarganya, mencibir janji kosong Putin mengenai gencatan senjata selama Natal.
BACA JUGA: Foto Satelit Tunjukkan Kehancuran di Bakhmut, Ukraina"Saya pikir mereka menipu kita, itu cukup jelas bagi saya," katanya.
"Apa lagi yang bisa saya katakan? Jika seseorang membuat janji, orang itu harus memenuhinya. Janji dibuat untuk ditepati. Saya tidak mengerti, apa yang mereka inginkan?" katanya kepada wartawan Reuters.
Rusia menembaki puluhan tempat di sepanjang garis depan selama gencatan senjata, kata staf umum Angkatan Bersenjata Ukraina. Namun, Rusia mengatakan pihaknya hanya membalas tembakan ketika ditembaki. [vm/ft]