Penembakan di Las Vegas: Terorisme, Ras, dan Agama

  • Associated Press

Penembakan dilakukan oleh seorang laki-laki kulit putih terhadap kerumunan penonton konser musik di Las Vegas, Minggu (1/10).

Penembakan massal di Las Vegas Minggu malam (1/10) merupakan insiden penembakan paling buruk dalam sejarah moderen Amerika, tetapi apakah ini merupakan bagian dari terorisme?

Ketika banyak orang mempertanyakan motif penembakan yang dilakukan seorang laki-laki kulit putih terhadap kerumunan penonton konser musik di Mandalay Bay, Las Vegas itu, muncul pula pertanyaan tidak nyaman atas beberapa isu yang paling memecah persepsi warga Amerika, yaitu : ras, agama dan politik.

FBI Pastikan Penembak Tidak Ada Hubungan dengan Kelompok Teroris Internasional

FBI hari Senin (2/10) mengatakan penembak berusia 64 tahun yang diidentifikasi sebagai Stephen Paddock itu, tidak memiliki hubungan dengan kelompok teroris internasional. Sebelumnya kelompok ISIS mengklaim bertanggungjawab dan menyatakan bahwa Paddock adalah seorang yang baru saja masuk agama baru. Tetapi di luar klaim ISIS yang sama sekali tidak menunjukkan bukti itu, motif penembak masih belum jelas dan hanya sedikit yang diketahui di luar nama dan sasaran penembakannya.

‘’Hanya karena kita terburu-buru menentukan motif penembak ketika ia seorang Muslim, tidak berarti kita terburu-buru menentukan motif ketika penembak adalah seorang kulit putih,” cuit Shadi Hamid, pakar di Brookings Institute yang juga penulis ‘’Islamic Exceptionalism’’ melalui Twitter hari Senin.

Penembak yang berusia 64 tahun, diidentifikasi sebagai Stephen Paddock.

Paddock, warga Mesquite – Nevada, bunuh diri ketika mengetahui polisi telah mengepung kamar hotelnya. Belum adanya motif yang diketahui sejauh ini telah membayangi definisi tradisional terorisme yang selama ini dikaitkan dengan insiden penembakan. Motif itu umumnya mencakup tujuan politik, ekonomi, agama atau sosial ; dan menggunakan aksi kekerasan untuk menyampaikan pesan kepada khalayak yang lebih luas dibanding hanya pada para korban.

Warga AS Kembali Perdebatkan Isu Terorisme Dalam Negeri

Tidak adanya informasi itu membuat banyak pihak kembali memperdebatkan isu yang telah mengguncang Amerika, bahkan sejak sebelum Timothy McVeigh menggunakan bom di dalam truk untuk menyerang dan menimbulkan ledakan di sebuah gedung federal di Oklahoma City tahun 1995 lalu.

McVeigh dihukum bukan karena terorisme, tetapi karena menggunakan senjata pemusnah massal dan membunuh delapan petugas penegak hukum federal dalam ledakan, yang secara keseluruhan menewaskan 168 orang.

Ketika korban tewas dalam insiden penembakan di Las Vegas Minggu malam mencapai 58 orang, jumlah itu melampaui penembakan di klub malam Pulse di Orlando Juni 2016 yang menewaskan 49 orang. Penembakan di Orlando dilakukan oleh Omar Mateen, warga Amerika berusia 29 tahun yang mengklaim telah menyatakan kesetiaan kepada kelompok ISIS. Ia kemudian tewas ditembak polisi. Presiden Barack Obama ketika itu menyebut insiden itu sebagai “tindakan teror dan kebencian.”

Dalam waktu beberapa jam setelah penembakan di Pulse itu, kandidat presiden ketika itu Donald Trump memberi ucapan selama kepada dirinya sendiri “karena memiliki persepsi yang benar tentang teroris Islam radikal.” Hari Senin (2/10), Trump sebagai presiden menyampaikan belasungkawa kepada para korban dan keluarga mereka, dan menyebut insiden itu “tindakan keji”.

Definisi Terorime Beranekaragam?

Di luar Amerika, sejumlah serangan baru-baru ini yang dinyatakan sebagai tindakan teroris antara lain beberapa serangan di Paris pada November 2015 yang menewaskan 130 orang dan penembakan membabibuta pada Juli 2011 oleh Anders Breivik, warga neo-Nazi asal Norwegia, yang menewaskan 77 orang.

Sebelum penembakan di Las Vegas, Randall Law yang menulis “Terrorism : A History” mengatakan ia yakin ada komponen rasial yang membuat Amerika enggan mengklarifikasi atau mengajukan tuntutan dengan aturan hukum Amerika.

Banyak orang Amerika, tulis Law, yang hanya berpikir “orang dengan nama asing… dan orang-orang dengan kulit gelap yang membawa ideologi asing” akan melakukan tindakan mengerikan semacam itu.

Law menambahkan bahwa badan-badan pemerintah federal Amerika, mulai dari Departemen Keamanan Dalam Negeri, FBI hingga Departemen Luar Negeri, memiliki “definisi terorisme yang beranekaragam.” “Ini adalah penyangkalan bahwa tidak ada yang bisa menyepakati bagaimana mendefinisikan terorisme,” ujarnya.

Penetapan Terorisme Dalam Negeri Sebagai Kejahatan Buka Kotak Pandora

Hukum menyatakan ada argumentasi yang rumit untuk tidak menyusun definisi komprehensif tentang terorisme di dalam negeri, dalam aturan hukum Amerika. Keprihatinan tentang Amandemen Pertama Konstitusi telah muncul dalam diskusi-diskusi hukum tentang menjadikan terorisme di dalam negeri sebagai kejahatan. Banyak yang khawatir pemerintah federal akan mengkriminalkan pidato, agama atau ideologi.

Bagaimana pun juga, hukum negara bagian Nevada memiliki definisi yang jelas tentang terorisme, yaitu “Menggunakan atau upaya menggunakan sabotase, pemaksaan atau kekerasan untuk melukai tubuh atau menimbulkan kematian warga masyarakat.”

Walikota Las Vegas Carolyn Goodman tidak menyebutkan hal ini pada hari Senin, dan hanya menggambarkan si penembak sebagai orang gila yang penuh dengan kebencian.

Apakah sebuah kejahatan yang disebut sebagai tindakan terorisme memiliki dampak langsung atau tidak, sebagaimana disampaikan oleh anggota DPR dari Connecticut Jim Himes dimana negara bagiannya pernah menghadapi pembunuhan massal terhadap puluhan siswa sekolah dasar Sandy Hook tahun 2012, “sekarang kita terobsesi degan apakah pembantaian di Nevada adalah terorisme,” cuitnya di Twitter. “Jika kita memutuskannya, kita akan memobilisasi sumber daya yang tidak terhitung jumlahnya. Jika tidak, tidak ada apa-apa,” tambahnya. [em/al]