Penemu HIV Yakin Malawi Bisa Berantas Virus AIDS

Orang tua, wali, teman dan kerabat menyanyikan lagu-lagu tradisional dan membawa poster pencegahan HIV/AIDS selama inisiasi anak laki-laki ke dalam upacara adat setempat untuk remaja laki-laki menjelang usia dewasa di desa Njoloma, Malawi, 27 Agustus 2006. (Foto: dok).

Tahun ini menandai peringatan ke-35 ditemukannya HIV, virus penyebab AIDS. Ketika berkunjung ke Malawi April kemarin, salah seorang pelopor penelitian itu, ilmuwan Amerika, Jay Levy, mengatakan Malawi bisa menjadi salah satu negara di Afrika yang akan bisa memberantas virus itu, meskipun menurutnya, upaya membasmi virus itu masih jauh dari tuntas.

Mengunjungi Malawi, peneliti AIDS terkemuka Amerika, Dr. Jay Levy, mengungkapkan optimisme secara hati-hati tentang pergulatan membasmi HIV.

“Membuat vaksin tidak mudah. Vaksin polio membutuhkan waktu sampai 30 tahun. Jadi, kita masih jauh dari membuat vaksin HIV. Tetapi kita akan sampai ke sana,” jelasnya.

Your browser doesn’t support HTML5

Penemu HIV Yakin Malawi Bisa Berantas Virus AIDS

Levy berbicara dengan para ilmuwan dan staf medis di fakultas kedokteran terkemuka di Malawi.

“Tetapi kalian juga harus tahu bahwa di negara-negara di Afrika, anak-anak meninggal akibat campak padahal kita memiliki vaksin campak, dan kita memiliki vaksin cacar air. Ini bukan soal membuat mekanisme pencegahan, tetapi membuat petugas kesehatan masyarakat menyadari pentingnya mencegah penularan," imbuh Dr. Jay Levy.

Dr. Levy adalah satu dari ilmuwan di dunia yang sedang berusaha membuat vaksin. Tetapi keterlibatannya lebih jauh dari itu. Dokter yang tinggal di California itu dikenal karena secara independen menemukan HIV pada tahun 1983. Tiga puluh lima tahun kemudian, ia mengunjungi klinik kesehatan di pedesaan Malawi yang dikelola Aliansi Antar-agama AIDS Global.

Dr. Jay Levy. (Foto: VOA-Lameck Masina/Videograb)

Afrika Selatan, sebagai wilayah, selalu melaporkan angka prevalensi dan jumlah penderita HIV tertinggi di dunia, tetapi Malawi mengalami kemajuan.

“Jika melihat jumlahnya, Malawi telah mendapat kemajuan luar biasa. Bukan saja jumlah orang yang tertular dan yang meninggal berkurang, tetapi penularan dari ibu ke anak juga berkurang. Saya kagum, karena Malawi bukanlah negara kaya,” jelasnya.

Masih ada tantangan yang menghadang Malawi. Petugas kesehatan masih bergulat dengan mitos obat tradisional atau jamu. Mereka berupaya agar lebih banyak pasien HIV sedini mungkin diobati dengan obat anti-retroviral secara teratur, yang bisa memperlambat perkembangan penyakit itu.

Dr. Levy mengatakan kunjungan itu memberinya harapan dan wawasan baru tentang apa yang perlu dilakukan guna mengakhiri pandemi itu.[ka/ii]