Umat Islam di Amerika mulai berpuasa pada hari Senin, 6 Mei 2019.
Walaupun mempunyai ketetapan yang sama, keputusan beragam organisasi Islam di Amerika tentang 1 Ramadan tahun ini, tidaklah serentak. Sebagian tetap menggunakan kalkulasi ilmiah, sebagian lain dengan melihat hilal.
Imam Masjid Ar Rahmah di Redmond, dekat Seattle, Muhammad Joban mengatakan, perbedaan metode adalah hal yang wajar.
“Karena kan ada 3 choice. Disebut dengan local moonsighting, kemudian global moonsighting, kemudian astronomical, secara ilmiah,” ujar Joban.
Menurut Joban, sekitar 60 persen masjid dan organisasi Islam di Amerika mendasarkan keputusan hari pertama Ramadan pada astronomical yang dilakukan oleh Fiqh Council of North America (FCNA) atau Dewan Fiqih Amerika. Dewan yang terdiri dari sekumpulan cendekiawan Muslim Amerika itu mendasarkan keputusan pada astronomical calculation, biasa dikenal dengan hisab. Keputusan mereka kemudian diadopsi oleh Islamic Society of North America atau ISNA, payung mayoritas organisasi Islam di Amerika dan Kanada, termasuk masjid diaspora Indonesia di Washington, DC, Imaam Center.
FCNA memutuskan menggunakan metode hisab guna memudahkan umat Islam di Amerika menentukan kapan hari pertama puasa dan kapan Idul Fitri atau lebaran. Dengan begitu, umat Islam di Amerika sudah bisa mengetahui datangnya awal bulan puasa, setahun bahkan bertahun-tahun sebelumnya dan disebarluaskan untuk diketahui umat Islam menjelang Ramadan.
Menurut pengurus ISNA, sejauh ini keputusan mereka untuk mengadopsi ketetapan FCNA berjalan baik. Bagi pengurus masjid umumnya, keputusan itu membantu mereka mengatur jadwal menyewa tempat yang lebih besar untuk tarawih, bagi karyawan, mereka bisa mengatur cuti kerja, dan bagi siswa atau mahasiswa memudahkan meminta izin, jauh-jauh hari.
Imaam Center bisa menerima alasan ISNA sehingga memutuskan mengikuti keputusan FCNA. Tetapi, organisasi lain Muslim Indonesia di Amerika dan Kanada, Indonesian Muslim Society in America – IMSA – sepenuhnya menyerahkan keputusan awal Ramadan kepada keyakinan masing-masing anggota.
Selain metode hisab, sebagian lain Muslim di Amerika memilih rukyah atau berdasar penampakan bulan baru. Metode itu antara lain diadopsi Masjid Darussalam, di College Park, Maryland, dan masjid diaspora Indonesia di Houston, Texas, Masjid Istiqlal. Komunitas Muslim kedua masjid itu baru mengetahui keputusan mengenai hari pertama Ramadan 1440 Hijriah pada Senin, 5 Mei.
Ketua Komunitas Muslim Indonesia-Amerika di Houston, Raditya Ajarwalla mengatakan, setiap tahun komunitas Muslim di tempatnya mengikuti apapun keputusan Islamic Society of Greater Houston (ISGH) dalam hal ketetapan 1 Ramadan maupun 1 Syawal. Alasannya:
“Kita tidak memiliki orang yang qualified, orang yang bisa dipercaya, untuk melihat hilal ataupun punya kualifikasi untuk membuat hisab, maka kita naik ke organisasi yang lebih besar, yang kredibilitasnya lebih mumpuni, diakui masyarakat, yaitu Islamic Society of Greater Houston-ISGH. Mereka punya banyak ulama. Kalau mereka sudah menentukan tanggal, maka kita ikuti tanggal tersebut. Jadi, semua semata-mata untuk menjaga persatuan umat,” ujar Raditya.
Dengan kesamaan ketetapan awal puasa tahun ini, umat Islam di Amerika serentak menyambut Ramadan selayaknya saudara mereka sesama Muslim di Indonesia. [ka]