Pada bulan Maret 2024, Institute of International Education (IIE), organisasi non-profit asal Amerika Serikat yang mengelola beasiswa Fulbright, mendapat cap organisasi yang “tidak diinginkan” oleh pemerintah Rusia. Akibatnya, organisasi itu dilarang beroperasi di Rusia dan kini, para penerima beasiswa Fulbright asal negara itu terancam menghadapi konsekuensi saat kembali ke tanah air mereka.
Violetta Soboleva berasal dari Rostov-on-Don, Rusia, tetapi saat ini ia adalah seorang mahasiswi di City University of New York, tempat dirinya mengambil gelar doktor dalam bidang psikologi pendidikan.
Soboleva datang ke Amerika tiga tahun lalu berkat Program Beasiswa Fulbright untuk mahasiswa internasional yang didanai oleh pemerintah Amerika Serikat.
Your browser doesn’t support HTML5
Ia bermimpi untuk kembali ke Rusia setelah menyelesaikan studinya dan membuat buku teks inovatif untuk mengajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Namun, rencana itu nampaknya tidak realitis dan tidak aman.
“Kondisi Rusia saat ini... Saya tak ingin mengambil risiko dipenjara hanya karena saya mencintai negara saya. Saya lebih baik tinggal di sini,” ujar Soboleva.
Para mahasiswa Rusia telah menerima manfaat dari Program Fulbright selama beberapa dekade, bahkan selama masa Perang Dingin sekalipun.
Namun, sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina, serta dukungan Washington terhadap Kyiv dalam perang, Moskow melabeli Institute of Internasional Education (IIE) selaku pemberi beasiswa Fulbright sebagai organisasi yang “tidak diinginkan.”
Warga Rusia dapat diancam hukuman lima tahun penjara jika bekerja sama dengan organisasi semacam itu.
Kini, Evgeny Mikheev dari Saratov merasa khawatir untuk kembali ke rumah setelah menyelesaikan studinya. “Berhubungan dengan Fulbright dan kembali ke Rusia mungkin tidak aman, dan saya tidak ingin mencobanya sendiri untuk melihat apakah saya akan ditangkap atau tidak,” sebut Mikheev.
Menanggapi pertanyaan VOA, juru bicara Departemen Luar Negeri AS yang mensponsori Program Fulbright mengatakan melalui pernyataan tertulis bahwa, “Tidak ada peserta Fulbright asal Rusia yang diwajibkan untuk kembali ke Rusia jika mereka tidak menginginkannya.”
Departemen itu juga menyebutkan bahwa ada sejumlah cara bagi sekitar 150 penerima Fulbright asal Rusia untuk menghindari kepulangan mereka ke negara asalnya, jika mereka khawatir akan menghadapi kemungkinan dipenjara di Rusia: mereka bisa pergi ke negara ketiga, bekerja sama dengan universitas untuk mengatur kelanjutan studi dan penelitian di bawah visa studi kerja, mendaftar untuk mengikuti pelatihan pascasarjana atau program kerja akademis dan bekerja sama dengan Departemen Luar Negeri AS untuk mendapat perjalanan udara ke tujuan yang aman, atau melakukan perjalanan sebagai warga negara biasa.
Namun, sejumlah penerima beasiswa Fulbright mengatakan bahwa pilihan-pilihan tersebut tidak realistis, dengan alasan sudah terlambat untuk mendaftar program akademis dan banyak yang tidak memiliki sumber daya dan koneksi untuk pindah ke negara ketiga.
Beberapa di antaranya menyebut bahwa AS belum berbuat cukup untuk membantu penerima beasiswa Fulbright asal Rusia. Menurut mereka, AS seharusnya mengikuti langkah program Beasiswa Chevening, program serupa asal Inggris, yang telah membatalkan persyaratan bahwa orang Rusia harus kembali ke negara asal mereka setelah dua tahun. [th/lt]