Salah satu pengadilan di Rusia, Selasa (27/2) menjatuhkan hukuman 2,5 tahun penjara kepada pengampanye HAM ternama Oleg Orlov. Ia dinyatakan bersalah mengecam serangan Rusia ke Ukraina.
Orlov (70), adalah tokoh kunci dari kelompok Memorial, yang menjadi pemenang Hadiah Nobel. Ia menjadi target terbaru dari tekanan Kremlin, yang semakin intensif sejak serangan Rusia ke Ukraina. “Pengadilan telah menetapkan kesalahan Orlov dan memerintahkan hukuman dua tahun dan enam bulan, di koloni hukuman rezim umum,” kata hakim.
Orlov dituduh mendiskreditkan pasukan Rusia dalam sebuah tulisan kolom untuk media daring Prancis, Mediapart, dan didenda pada Oktober lalu setelah persidangan yang pertama. Denda itu adalah hukuman yang relatif ringan dan jaksa menuntut proses persidangan baru.
Ketika hakim membacakan putusan, aktivis dengan rambut putih dan berkacamata itu mengedipkan mata kepada istrinya, yang juga seorang aktivis, Tatyana. Dia dibawa ke ruang sidang dan meminta Tatyana untuk menghampiri. “Tanya, kamu berjanji padaku!,” katanya pada sang istri yang tampak menangis.
Dengan diapit petugas kepolisian, dia kemudian meninggalkan ruang sidang diiringi tepuk tangan sekitar 200 pendukungnya yang memenuhi sepanjang koridor gedung pengadilan.
“Kita sudah kembali ke rezim Soviet, di mana apa saja yang tidak sejalan dengan mereka, dituduh sebagai sebuah kebohongan,” ujar aktivis Rusia yang juga anggota Memorial, Yan Rachinsky kepada kantor berita AFP.
Rachinsky telah bekerja sama dengan Orlov di organisasi HAM, Memorial, yang juga menjadi penerima Hadiah Nobel Perdamaian pada 2022.
Hukuman 2,5 tahun penjara ini segera dikecam oleh Wakil Direktur Human Right Watch untuk Eropa dan Asia Tengah, Tanya Loshkina. “Kasus terhadap Oleg Orlov adalah lelucon Kafkaesque,” kata Loshkina dalam sebuah pernyataan.
Kafkaesque merujuk pada istilah yang menggambarkan situasi yang menakutkan, membingungkan dan betul-betul tidak nyaman, yang dideskripsikan dalam novel Franz Kafka.
Duta besar AS Lynne Tracy turut memberikan kecaman. Ia mengatakan bahwa dia “kecewa dan khawatir” akan putusan pengadilan. “Penindasan Kremlin terhadap hak-hak yang dijamin secara konstitusional bagi warga Rusia, melemparkan negara itu kembali ke era kegelapan, bahaya dan isolasi,” kata dia.
Hukuman terhadap Orlov diberikan 10 hari setelah politisi oposisi Rusia terkemuka, Alexei Navalny meninggal dalam penjara Rusia. Kematiannya mendorong kemarahan dan kecaman dari pemimpin-pemimpin Barat dan para pendukungnya.
Ribuan orang telah ditahan atau didenda karena bersuara melawan tekanan pemerintah Rusia. [ns/ka]