Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky Sibarani, Kamis malam (23/7) di Jakarta, mengatakan kepada pers bahwa sektor investasi dapat diandalkan mampu menggerakan perekonomian sekaligus menyerap tenaga kerja. Untuk itu ditegaskannya pemerintah akan terus berupaya meningkatkan sektor investasi dan Indonesia merupakan negara yang masih diminati para investor.
Sepanjang tahun 2015 BKPM mencatat investor lokal dan investor dari berbagai negara sudah berinvestasi di Indonesia sehingga otomatis berdampak positif terhadap upaya pemerintah menekan angka pengangguran. Target investasi tahun ini sekitar Rp 520 trilyun, naik dibanding realisasi investasi tahun lalu yang mencapai Rp 460 trilyun.
“Sangat agresif adalah China dengan Rp 133,7 trilyun, kemudian Malaysia Rp 44, 6 trilyun, Singapura Rp 39,8 trilyun dan Jepang Rp 29 trilyun, serapan tenaga kerja akan meningkat 75,71 persen menjadi 611 .156,” kata Franky Sibarani.
Kepala BKPM, Franky Sibarani menambahkan, lima sekor yang paling diminati investor adalah sebagai berikut,
“Lima besar sektor yang diminati para investor, listrik gas dan air, kemudian perumahan, kawasan industri dan perkantoran, tanaman pangan dan perkembunan, industri kimia dan farmasi, kemudian industri mineral dan non logam,” lanjutnya.
Pada kesempatan sama, Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengatakan untuk meningkatkan investasi, Kementerian Keuangan akan mengimbanginya dengan beberapa kebijakan diantaranya kebijakan pemberian pajak untuk jangka waktu tertentu atau tax holiday selama 20 tahun bagi investor yang telah memenuhi persyaratan.
Persyaratan tersebut diantaranya nilai investasi tinggi, menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar danhasil produksi banyak menggunakan bahan dasar berasal dari Indonesia.
“Jadi ini memang fasilitas yang paling top dari apa yang ada di republik ini untuk industri di Indonesia, negara-negara tetangga punya insentif seperti ini, jadi kalau kita tidak punya sama sekali itu juga susah karena ini akan membuat kita akan selalu dibanding-bandingkan dengan negara tetangga," kata Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro.
"Kita ingin dorong juga investasi di KEK, jangan kawasan ekonomi khusus itu dalam bentuk surat keputusan presiden saja bahwa daerah ini KEK tetapi tidak ada isinya, dan benar-benar menjadi sumber pertumbuhan baru,” lanjutnya.
Sementara itu kepada VOA di Jakarta, Jumat (24/7), pengamat dari lembaga kajian ekonomi, Indef, Fadil Hasan mengatakan dalam investasi yang terpenting adalah berupaya meningkatkan produktivitas agar selain mampu menyerap tenaga kereja, juga hasil produksi mampu bersaing dengan negara-negara lain. Ia menambahkan pemerintah juga harus memahami kebutuhan investor agar sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan.
“Harusnya yang ditingkatkan itu bukan kemampuan dalam menyerap tenaga kerja tetapi kemampuannya untuk meningkatkan produktivitas, pemerintah harus bertanya kepada asosiasi, kepada industri kira-kira insentif yang dibutuhkan seperti apa, apa sih yang menjadi hambatan,” jeas Fadil Hasan.