Pengamat: Tak Perlu Terlalu Khawatirkan Kebijakan Ekonomi AS

  • Iris Gera

Suasana di salah satu tempat penukaran mata uang di Jakarta, Indonesia (Foto: dok).

Menurut pengamat ekonomi Zamroni Salim, rencana Bank Sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga seharusnya justru dijadikan persiapan bagi produk-produk Indonesia agar dapat lebih mendunia.

Rencana Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed menaikkan suku bunga menurut beberapa kalangan akan berpengaruh negatif terhadap perekonomian negara-negara lain termasuk Indonesia.

Langkah The Fed tersebut akan menarik mata uang dolar Amerika yang beredar dan terserap di negara lain kembali ke Amerika dan otomatis membuat mata uang dolar Amerika langka sehingga menjadi mahal dan nilai tukar rupiah melemah.

Menurut pengamat ekonomi dari The Habibie Center, Zamroni Salim di Jakarta, Sabtu (17/1) kekhawatiran pengamat dan beberapa pejabat pemerintah terkait rencana The Fed menaikkan tingkat suku bunga berlebihan. Ia menegaskan rencana tersebut justru dapat memacu produk-produk Indonesia mampu bersaing dengan negara lain karena akan semakin banyak negara-negara ingin menjadikan Amerika sebagai tujuan ekspor.

Kondisi tersebut ditambahkannya dapat memacu produk-produk Indonesia meningkatkan kualitas untuk mampu menembus pasar global, terutama pasar Amerika Serikat.

“Tentu saja peran Amerika saat ini masih cukup besar dalam arti keputusan dia untuk menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga The Fed itu mempengaruhi pasokan uang dollar keseluruh dunia dan itu akan mempengaruhi tingkat suku bunga di masing-masing negara yang melakukan perdagangan ataupun menggunakan uang dolar, itu pertama," kata Zamroni Salim.

"Yang kedua kita perlu menggaris bawahi bahwa sebenarnya dominasi Amerika dalam hal ini adalah dolar sudah mulai berkurang dengan adanya kekuatan euro, kemudian juga yen maupun yuan dari China itu juga mulai mempunyai pertumbuhan signifikan dalam mempengaruhi peta perdagangan dunia. Sebagian besar di negara besar itu kan pasar dari kita, tetapi apapun keputusan yang dikeluarkan pemerintaholeh Amerika menaikkan atau menurunkan akan mempengaruhitingkat daya saing produk Indonesia dipasar luar negeri,” lanjutnya.

Dalam APBN Perubahan atau APBNP 2015 yang dalam waktu dekat akan diajukan ke badan anggaran atau Banggar DPR RI, pemerintah mengasumsikan nilai tukar rupiah sekitar Rp 12.200 per dolar Amerika, meningkat dari asumsi dalam RAPBN 2015 sekitar Rp 11.500 per dolar Amerika. Revisi tersebut menurut pemerintah realistis karena dolar Amerika terus menguat.

Sebelumnya di hadapan para pengusaha muda, Presiden Joko Widodo mengingatkan bagaimanapun kondisi perekonomian Indonesia tahun 2015 dan tahun-tahun mendatang jumlah wirausaha harus terus meningkat. Kondisi tersebut menurut presiden sangat membantu upaya menekan angka pengangguran dan angka kemiskinan.

Saat ini jumlah wirausaha di Indonesia sekitar dua persen dari total penduduk yaitu sekitar 4 juta orang, jauh di bawah jumlah wirausaha negara- negara lain seperti Jepang 10 persen dan Singapura tujuh persen dari total penduduk masing-masing negara tersebut.

“Pengusaha tidak usah takut karena negara yang lain sudah grogi karena kita dianggap, kalau prosentase katakanlah prosentase 10 persen saja sudah 25 juta, kalau prosentase 20 persen berarti 50 juta kita,” jelas Presiden Joko Widodo.