Upaya Amerika Serikat (AS) saat ini dan di masa depan untuk menggunakan kekuatan militernya di luar negeri bisa menemui nasib yang sama dengan perang yang berlangsung selama hampir dua dekade di Afghanistan.
Demikian peringatan sebuah badan pengawas pemerintah AS yang mengutip kegagalan berulang para pejabat tinggi untuk belajar dari kesalahannya.
Inspektur Jenderal Khusus AS untuk Rekonstruksi Afghanistan John Sopko, Kamis (29/7), menyampaikan kajian blak-blakan selama diskusi dengan wartawan. Ia menuduh gelombang demi gelombang kebohongan pejabat pertahanan dan diplomat tinggi kepada diri mereka sendiri, serta publik AS.
"Kita melebih-lebihkan, terlampau melebih-lebihkan," kata Sopko menanggapi pertanyaan dari VOA.
"Jenderal, Duta besar kita melakukannya. Semua pejabat kita melakukannya, mereka berbicara pada Kongres dan rakyat Amerika mengenai 'Kita baru saja membalikkan situasi,'" ujarnya.
"Kita membalikkan situasi sedemikian jauhnya, kita membalikkan 360 derajat," katanya. "Kita yang terbaik."
Sopko, yang berbicara kepada kelompok Defense Writers Group, mengatakan meskipun ada "sejumlah alasan" AS gagal menciptakan militer Afghanistan yang lebih efektif dan kohesif, sebagian di antaranya adalah karena "keangkuhan bahwa kita membawa sebuah negara yang rapuh dan terpencil di 2001 dan mengubahnya menjadi Norwegia kecil."
Namun, faktor kunci lainnya, katanya, adalah "kebodohan."
Para pemimpin militer AS "tahu betapa buruknya militer Afghanistan," kata Sopko, seraya menambahkan bahwa mereka berusaha menyembunyikan masalah seperti itu.
"Setiap kali kita bermasalah dengan militer Afghanistan, kita mengubah tiang gawang," katanya.
"Militer AS mengubah tiang gawang dan membuatnya lebih mudah untuk menunjukkan keberhasilan. Pada akhirnya ketika mereka bahkan tidak bisa melakukannya, mereka merahasiakan alat penilaian."
Sopko memperingatkan bahwa bagian dari masalah menyiapkan Afghanistan untuk sukses juga bergantung pada penolakan Washington selama hampir 20 tahun untuk merencanakan kesuksesan jangka panjang.
BACA JUGA: Pemerintah Afghanistan Hadapi 'Krisis Eksistensi'"Kami telah berkali-kali menyoroti bahwa kita memiliki jadwal yang tidak realistis untuk semua pekerjaan kita," katanya, menunjuk pada serangkaian laporan oleh kantornya selama 12 tahun terakhir.
"Jenderal bintang empat, militer bintang empat, duta besar bintang empat memaksa USAID (Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat) untuk mencoba menunjukkan keberhasilan dalam waktu singkat, yang mereka sendiri tahu tidak akan pernah berhasil," kata Sopko.
"Batas waktu singkat ini, yang tidak memiliki dasar dalam dunia nyata kecuali pada realitas politik dari siklus alokasi atau apa pun, apa pun yang populer saat ini, akan membuat kita gagal."
"Sayangnya itu adalah masalah tidak hanya dengan Afghanistan," tambahnya. "Saya kira kita menemukannya di negara lain di mana kita pernah terlibat."
Kecaman Sopko, Kamis (29/7), disampaikan tepat setelah kantornya merilis laporan terbaru, yang menggambarkan situasi di lapangan di Afghanistan "suram" dan memperingatkan pemerintah Afghanistan bisa menghadapi "krisis keberadaan."
Pejabat Pentagon dan Departemen Luar Negeri belum menanggapi kecaman Sopko, tetapi mereka berulang kali membela upaya AS di Afghanistan dan di tempat lain.
Pekan lalu, perwira militer paling senior AS, Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley, mengatakan pasukan Afghanistan terlatih dan diperlengkapi dengan baik, meskipun Taliban mendapat "momentum strategis."
Milley juga membela model AS yang dikenal dengan "melatih, memberi saran, dan membantu," menyebutnya sebagai "pendekatan terbaik" untuk kontra terorisme. [my/ft]