Pengawas PBB Desak “Kewaspadaan” terhadap Pencurian Material Nuklir

Rudal Iskander-K Rusia ditembakkan dalam latihan militer di Rusia. Latihan ini melibatkan senjata nuklir taktis, yang merupakan pengumuman terbuka pertama dari Moskow. (Foto: via AP)

Pengawas nuklir PBB pada Senin (20/5) mendesakkan sebuah “kewaspadaan” terhadap perdagangan nuklir dan bahan-bahan radioaktif lainnya. Mereka juga mengatakan bahwa pihaknya telah mencatat lebih dari 4.200 kasus pencurian dan insiden lain dalam 30 tahun terakhir.

Tahun lalu, 31 negara melaporkan 168 insiden “yang sejalan dengan angka rata-rata historisnya” kata Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Enam dari jumlah itu “nampaknya terkait dengan perdagangan atau penggunaan yang berbahaya,” tambah mereka.

Sejak 1993, IAEA telah mencatat 4.243 insiden, dengan 350 diantaranya berkait atau nampaknya punya keterkaitan dengan perdagangan atau penggunaan yang berbahaya.

“Terulangnya insiden itu mengonfirmasi kebutuhan untuk kewaspadaan dan peningkatan terus menerus pengawasan aturan untuk mengontrolnya, mengamankan dan membuang secara benar material radioaktif,” kata Elena Buglova, Direktur Divisi Keamanan Nuklir IAEA.

Logo Badan Energi Atom (IAEA) terlihat di kantor pusatnya di Wina. (Foto: Reuters)

Kebanyakan insiden itu tidak terkait dengan perdagangan atau penggunaan yang berbahaya, sebagai contoh, melibatkan besi tua yang ditemukan terkontaminasi.

IAEA mencatat penurunan insiden yang melibatkan bahan-bahan nuklir, seperti uranium, plutonium dan thorium.

Tetapi Buglova memperingatkan bahwa bahan-bahan berbahaya masih rentan, khususnya dalam perjalanan, dan menekankan “pentingnya memperkuat langkah-langkah keamanan transportasinya”.

IAEA yang berbasis di Wina merilis data itu ketika mereka membuka konferensi internasional keempat bagi keamanan nuklir, yang diselenggarakan hingga Jumat pekan ini di ibu kota Austria tersebut.

BACA JUGA: Kepala IAEA Bertemu dengan Kepala Badan Nuklir Iran

Pertemuan serupa sebelumnya juga digelar di Vienna pada 2020.

Total 145 negara saat ini melapor ke IAEA terkait insiden-insiden yang melibatkan nuklir atau bahan-bahan radioaktif lainnya yang hilang, dicuri, dibuang dengan tidak benar atau justru diabaikan.

Banyak bahan radioaktif digunakan di rumah sakit, berbagai universitas dan industri di seluruh dunia.

Kekhawatiran besar bahwa para ekstrimis bisa saja menguasai material-material ini dan menggunakannya dalam sebuah “bom kotor” -- senjata yang menggabungkan bahan peledak konvensional seperti dinamit dan bahan radioaktif

Meskipun kerusakan dan kematian yang diakibatkan oleh “bom kotor” sangat kecil dibanding yang diakibatkan oleh bom atom fisi atau fusi, bom semacam ini tetap bisa menimbulkan kepanikan masyarakat di kawasan perkotaan. [ns/ab]