Lebih dari 70 pengecer global tetap melanjutkan rencana memeriksa pabrik-pabrik pakaian di Bangladesh, hanya beberapa bulan setelah 1.100 orang tewas dalam ambruknya pabrik pakaian di Dhaka.
DHAKA, BANGLADESH —
Selama lebih dari 10 tahun, Kalpona Akter punya misi memberdayakan sekitar 3,5 juta pekerja Bangladesh yang selama berjam-jam, dalam kondisi sempit dan sering tidak aman, membuat T-shirt dan aksesoris untuk perusahaan mode raksasa global.
Sejak bencana April lalu di mana lebih dari 1.000 pekerja garmen terkubur dibawah puing-puing Rana Plaza, direktur eksekutif Pusat Solidaritas Pekerja Bangladesh itu kini mengisi hari-harinya dengan berusaha mendapatkan ganti rugi bagi korban dan keluarga mereka, sekaligus mendorong buruh untuk berbicara.
"Kami menghubungi mereka setiap hari untuk mengetahui seperti apa pabrik mereka, apakah mereka merasa aman, apa yang perlu dilakukan, dan bagaimana mereka seharusnya mengajukan protes keras kalau melihat ada retakan di pabrik," kata Kalpona Akter.
Akter mengatakan, usahanya tertolong perhatian dan tekanan pengecer global sejak insiden paling mematikan yang menghantam industri garmen Bangladesh bernilai 20 milyar dolar.
Pekan ini, hampir 70 pengecer besar Eropa yang telah menandatangani kontrak lima tahun, mengumumkan langkah selanjutnya untuk meningkatkan standar keselamatan bangunan dan pencegahan kebakaran di pabrik-pabrik di Bangladesh di mana pakaian mereka dibuat.
Rencana itu, dipimpin serikat global Industri, ALL dan UNI, mencakup pemeriksaan semua pabrik dalam waktu sembilan bulan untuk mengidentifikasi bahaya serius terhadap keamanan, melaporkan temuan itu secara terbuka dan menerapkan rencana remediasi supaya memberi kompensasi kepada pekerja pabrik-pabrik yang harus ditutup untuk perbaikan. Uang untuk perbaikan keselamatan itu akan didapat dari pengecer yang menandatangani perjanjian itu.
Brian Kohler, Direktur Kesehatan, Keselamatan dan Keberlangsungan Industri ALL, mengatakan jenis kontrak yang mengikat secara hukum guna meningkatkan standar yang belum pernah ada.
"Menurut saya, ini benar-benar langkah yang akan mengubah cara operasi pabrik pakaian. Ini bukan kesepakatan sukarela biasa, bukan seperti inisiatif tanggungjawab sosial perusahaan. Ini adalah kesepakatan nyata dengan komitmen yang nyata," ujar Kohler.
Aktivis Bangladesh Kalpona Akter menyambut baik rencana itu tetapi berharap lebih banyak pengecer Amerika ikut dalam kontrak itu.
(Aru Pande/VOA).
Sejak bencana April lalu di mana lebih dari 1.000 pekerja garmen terkubur dibawah puing-puing Rana Plaza, direktur eksekutif Pusat Solidaritas Pekerja Bangladesh itu kini mengisi hari-harinya dengan berusaha mendapatkan ganti rugi bagi korban dan keluarga mereka, sekaligus mendorong buruh untuk berbicara.
"Kami menghubungi mereka setiap hari untuk mengetahui seperti apa pabrik mereka, apakah mereka merasa aman, apa yang perlu dilakukan, dan bagaimana mereka seharusnya mengajukan protes keras kalau melihat ada retakan di pabrik," kata Kalpona Akter.
Akter mengatakan, usahanya tertolong perhatian dan tekanan pengecer global sejak insiden paling mematikan yang menghantam industri garmen Bangladesh bernilai 20 milyar dolar.
Pekan ini, hampir 70 pengecer besar Eropa yang telah menandatangani kontrak lima tahun, mengumumkan langkah selanjutnya untuk meningkatkan standar keselamatan bangunan dan pencegahan kebakaran di pabrik-pabrik di Bangladesh di mana pakaian mereka dibuat.
Rencana itu, dipimpin serikat global Industri, ALL dan UNI, mencakup pemeriksaan semua pabrik dalam waktu sembilan bulan untuk mengidentifikasi bahaya serius terhadap keamanan, melaporkan temuan itu secara terbuka dan menerapkan rencana remediasi supaya memberi kompensasi kepada pekerja pabrik-pabrik yang harus ditutup untuk perbaikan. Uang untuk perbaikan keselamatan itu akan didapat dari pengecer yang menandatangani perjanjian itu.
Brian Kohler, Direktur Kesehatan, Keselamatan dan Keberlangsungan Industri ALL, mengatakan jenis kontrak yang mengikat secara hukum guna meningkatkan standar yang belum pernah ada.
"Menurut saya, ini benar-benar langkah yang akan mengubah cara operasi pabrik pakaian. Ini bukan kesepakatan sukarela biasa, bukan seperti inisiatif tanggungjawab sosial perusahaan. Ini adalah kesepakatan nyata dengan komitmen yang nyata," ujar Kohler.
Aktivis Bangladesh Kalpona Akter menyambut baik rencana itu tetapi berharap lebih banyak pengecer Amerika ikut dalam kontrak itu.
(Aru Pande/VOA).