Para pengemudi di Myanmar beralih ke kendaraan listrik, sebuah langkah yang menggarisbawahi semakin besarnya hubungan junta militer dengan China, tempat sebagian besar kendaraan listrik dan suku cadang diproduksi.
Pakar industri di Myanmar memperkirakan kendaraan China yang harganya terjangkau akan terus mendominasi pasar kendaraan listrik karena junta yang berkuasa telah melarang impor kendaraan listrik buatan negara lain. Larangan tersebut juga berlaku pada model kendaraan mewah.
Para pakar juga mengatakan bahwa sanksi internasional telah mempersulit rezim Myanmar untuk mendapatkan mata uang yang dibutuhkan untuk membeli bahan bakar gas atau solar impor yang menggerakkan kendaraan bermesin pembakaran internal (ICE).
Meskipun generasi muda Myanmar memandang kendaraan listrik sebagai “iPhone di atas roda,” karena adanya fitur antarmuka pengguna dan bantuan pengemudinya, sebagian besar calon pembeli melihat dorongan untuk membeli kendaraan listrik sebagai hal yang tidak realistis mengingat kurangnya infrastruktur pengisian daya dan pemadaman listrik yang sering terjadi.
Pemadaman listrik telah menjadi masalah sejak kudeta yang dilakukan oleh militer pada 1 Februari 2021. Militer membuat klaim yang tidak berdasar mengenai adanya kecurangan dalam pemilu yang dimenangkan secara mutlak oleh Penasihat Negara Aung San Suu Kyi dan partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang berkuasa ketika itu.
Tahun lalu, Myanmar meluncurkan proyek percontohan kendaraan listrik selama satu tahun yang meningkatkan jumlah kendaraan jenis itu lebih dari enam kali lipat dalam setahun, menurut Departemen Administrasi Transportasi Jalan Raya Myanmar.
Seorang analis industri kendaraan listrik yang berbasis di Myanmar, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya agar tidak menarik perhatian rezim, mengatakan kepada VOA melalui Zoom pada tanggal 15 Maret bahwa tren tersebut didorong oleh kelebihan pasokan kendaraan listrik di China dan larangan pemerintah militer pada impor kendaraan listrik mewah kelas atas.
Mobil listrik, bersama dengan baterai litium dan panel surya, disebut oleh Presiden China Xi Jinping sebagai “pilar perekonomian” dalam pidatonya pada Tahun Baru lalu. Beijing memandang sektor-sektor ini sebagai pendorong lonjakan ekspor manufaktur yang dirancang untuk mengimbangi permintaan domestik yang lesu, yang masih belum pulih dari kebijakan lockdown yang kejam akibat pandemi COVID.
China dituduh oleh Uni Eropa dan negara-negara lain menjual kendaraan listrik dengan harga di bawah biaya produksi agar dapat menyingkirkan para pesaingnya. Media resmi China Global Times mengatakan meningkatnya persaingan internasional di sektor ini telah mendorong turunnya harga, sementara penurunan nilai yuan telah membuat kendaraan China lebih ekonomis.
China membantah melakukan dumping (praktik penjualan dengan harga murah untuk memenangkan kompetisi). Liu Pengyu, juru bicara Kedutaan Besar China di Washington, mengatakan, “Mobil China populer di pasar global karena fitur-fiturnya yang inovatif dan kualitas tinggi yang dihasilkan dari persaingan yang ketat dibandingkan dengan apa yang disebut sebagai dumping harga rendah.”
Ia menambahkan, “Perkembangan pesat dalam industri otomotif China telah menghasilkan produk-produk hemat biaya dan berkualitas tinggi kepada dunia. Setiap satu dari tiga mobil yang diekspor dari China adalah mobil listrik, yang memberikan kontribusi signifikan terhadap transisi ramah lingkungan dan rendah karbon di dunia.”
Analis yang berbasis di Myanmar mengatakan kendaraan listrik buatan China adalah satu-satunya pilihan bagi mereka yang menginginkan mobil baru. … Masyarakat beralih ke kendaraan listrik karena adanya larangan impor kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil.
Junta militer Myanmar awalnya mengizinkan impor sekitar 3.000 kendaraan listrik buatan China pada tahun 2023, termasuk untuk penggunaan pribadi, bus, dan kendaraan untuk taksi.
Sejak itu, pusat ekonomi utama di Myanmar, Yangon, Mandalay dan Naypidaw, serta beberapa kota besar lainnya yang tidak terkena dampak langsung konflik bersenjata, kini dipenuhi dengan showroom kendaraan listrik baru yang menampilkan merek China seperti BYD.
BYD kini telah mengungguli Tesla yang memimpin pasar dalam penjualan kendaraan listrik secara global pada kuartal keempat tahun 2023. [lt/uh]