Celestine Comotti adalah salah satu dari 40 penghuni rumah lansia di Alzano Lombardo yang menerima hadian khusus Natal tahun ini dari orang yang benar-benar asing baginya.
“Nama saya Simone dan saya berusia sembilan tahun. Adik saya Marta. Ibu saya Alessia. Kami ingin mengucapkan selamat hari Natal,” demikian petikan kata-kata yang tertulis di kartu Natal yang diterima Comotti dan dibacakan para perawat di rumah lansia di mana ia tinggal.
“Lihat betapa baiknya mereka,” tambah perawat itu. “Apakah ini semua sungguhan? Saya bergetar,” ujar Comotti lirih.
BACA JUGA: Paus Fransiskus Langsungkan Misa Malam NatalProyek yang disebut “Santa's Grandchildren” ini memiliki donatur yang setiap tahun mendaftar secara online untuk mewujudkan keinginan para lansia. Namun mungkin jauh dibanding tahun-tahun sebelumnya, tahun ini para lansia di rumah-rumah lansia hanya memiliki sedikit kontak dengan dunia luar.
Ini semua demi keselamatan mereka sendiri, agar tidak terjangkit pandemi virus corona yang mematikan. Jadi kemurahan hati warga di luar panti lansia itu, yang memberikan hadiah Natal, disambut dengan sangat baik.
Di Alzano Lombardo, yang terletak di Lombardy, Italia, sebuah kartu Natal sederhana mampu membuat Celestina menangis haru. Lombardy adalah salah satu episentrum Covid-19 gelombang pertama di Italia.
“Inisiatif ini disambut baik sebagai sarana untuk membuat kontak baru dengan dunia luar, juga melihat apakah kami bisa membuat kakek-nenek yang tinggal disini bertemu dengan orang-orang dari belahan dunia lain yang mungkin ingin mengadopsi salah satu penghuni panti lansia ini," kata Maria Giulia Madaschi, manajer rumah lansia, Rsa Fondazione Martino Zanchi, di Lombardy.
Adopsi yang dimaksud adalah memenuhi harapan Natal dan menjalin komunikasi jarak jauh dengan mereka.
Sebuah kartu Natal, selendang atau syal, atau jam alarm dapat membuat warga lansia di rumah lansia itu menangis haru.
BACA JUGA: Konser Virtual “HOPE” Galang Dana untuk Rumah Baca di Papua“Virus corona benar-benar menimbulkan dampak dalam kehidupan warga lansia di rumah lansia, yang sebagian diantaranya bahkan menjadi pusat perebakan. Jadi penting bagi saya untuk memberi sedikit kegembiraan, meskipun hanya lewat sebuah hadiah kecil, jadi saya ikut serta dalam program ini,” ujar Irene Schiavone, salah seorang peserta program “Santa's Grandchildren.”
Tawa dan air mata tak terhankan di antara “cucu” dan “kakek atau nenek” yang bertemu untuk pertama kalinya, yang bisa jadi merupakan hubungan jangka panjang.
Mereka yang secara sukarela menjadi cucu bagi para lansia ini dapat memilih kakek-nenek yang mereka ingin ajak berkomunikasi berdasarkan minat atau harapan yang dipasang di situs proyek itu, sehingga hubungan mereka menjadi lebih intim.
Proyek yang dimulai tiga tahun lalu itu kini melibatkan 228 rumah lansia di seluruh Italia.
Tahun ini ada sekitar 5.700 hadiah yang dikirim ke berbagai rumah lansia di seluruh Italia. Empat puluh hadiah di antaranya dikirim ke Alzano Fondazione Martino Zanchi.
Meskipun tujuan awal program ini adalah membuat warga lansia tidak kesepian, hubungan jarak jauh terbukti efektif bagi kedua belah pihak.
Salah seorang sukarelawan, Caterina Damiano, kehilangan kakek-neneknya tahun ini, tetapi mengatakan ia masih tetap ingin menjadi seorang cucu.
BACA JUGA: Kesyahduan Suasana Natal di BethlehemPalmiro Tami, yang berusia 81 tahun, tidak dapat mempercayai matanya ketika ia membuka hadiah yang diterimanya, yaitu sebuah topi dengan lambang tim sepak bola Atlanta. “Atalanta, Atalanta, Atalanta, ini tim sepak bola kegemaran saya,” ujarnya dengan gembira sambil mengangkat tangannya. Matanya berbinar air mata bahagia.
Terlepas dari jarak yang memisahkan para lansia ini dengan warga sekitarnya, jelas bahwa mereka tak terlupakan begitu saja. Sejumlah musisi lokal bahkan datang untuk memainkan lagu-lagu Natal bagi mereka.
Kunjungan kerabat ke rumah lansia di Italia saat ini dibatasi atau sama sekali dilarang. Sementara jumlah kematian sebenarnya akibat pandemi virus corona di Italia, yang tertinggi di Eropa, hingga kini masih belum diketahui. [em/pp]