Badan Pengungsi PBB (UNHCR) melaporkan, jumlah penderita Hepatitis E di kamp pengungsi Sudan Selatan dekat perbatasan Sudan bertambah.
JENEWA —
Badan Pengungsi PBB (UNHCR) menyatakan Hepatitis E merupakan endemi di kawasan itu, tetapi penyakit itu nampaknya merebak terutama di antara pengungsi yang berjubel di kam-kamp yang tidak terjaga kebersihannya. Badan itu mengatakan jumlah penderita dan yang dicurigai tertular paling banyak terdapat di kamp Yusuf Batil dekat Negara bagian Nil Hulu. Badan itu mengatakan kamp itu melaporkan hampir 4.000 penderita, atau hampir 70 persen dari seluruh pengungsi, dan 77 orang meninggal.
Juru bicara UNHCR, Adrian Edwards, mengatakan, jauh di sebelah barat, di Negara bagian Unity, kondisinya tidak terlalu parah. Ia mengatakan, di Yida, tempat perlindungan besar sementara bagi lebih dari dari 65.500 orang, tercatat 125 penderita dan empat orang meninggal. “Kebanyakan pengungsi berada di kamp-kamp di mana penyakit itu merebak dari Negara bagian Nil Biru, yang merupakan wilayah yang agak terpencil di seberang perbatasan Sudan di mana hanya terdapat sedikit jamban, dan air bersih sulit didapat. UNHCR yakin pertambahan penduduk akibat gelombang pengungsi dari Nil Biru mungkin merupakan salah satu faktor penyebab perebakan cepat penyakit itu,” paparnya.
Hepatitis E adalah virus yang merusak hati, dan ditularkan melalui makanan atau air yang tercemar. Tidak ada obat atau vaksin untuk Hepatitis E. Tetapi, Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan, risiko penularan bisa berkurang banyak apabila orang mencuci tangan dengan sabun, minum air bersih, menggunakan jamban, dan tidak makan buah dan sayur mentah.
Juru bicara UNHCR Edwards mengatakan kepada VOA, kasus pertama Hepatitis E di kamp itu mulai nampak bulan Juli dan sejak itu merebak. Ia mengatakan, perebakan penyakit itu sebagian besar diakibatkan oleh banyaknya jumlah orang yang melintas ke Sudan Selatan dari Negara bagian Nil Biru di mana fasilitas-fasilitasnya bahkan lebih buruk daripada di kamp-kamp pengungsi.
Ia mengatakan perlu waktu cukup lama bagi petugas-petugas bantuan untuk menyadari adanya perebakan Hepatitis E.
Tindakan-tindakan darurat yang diambil untuk meredam peningkatan Hepatitis E termasuk pembangunan lebih dari 700 jamban di kamp Yusuf Batil. Ratusan jamban lainnya sedang dibangun di kawasan Kamp Doro. UNHCR juga membagikan sabun kepada para pengungsi dan sedang merencanakan mengganti jerigen-jerigen yang mungkin tercemar air kotor.
Tindakan-tindakan tambahan termasuk meningkatkan pengawasan atas penyakit itu, pemberian klorin pada air, dan melancarkan promosi kesehatan dan kebersihan secara meluas.
Juru bicara UNHCR, Adrian Edwards, mengatakan, jauh di sebelah barat, di Negara bagian Unity, kondisinya tidak terlalu parah. Ia mengatakan, di Yida, tempat perlindungan besar sementara bagi lebih dari dari 65.500 orang, tercatat 125 penderita dan empat orang meninggal. “Kebanyakan pengungsi berada di kamp-kamp di mana penyakit itu merebak dari Negara bagian Nil Biru, yang merupakan wilayah yang agak terpencil di seberang perbatasan Sudan di mana hanya terdapat sedikit jamban, dan air bersih sulit didapat. UNHCR yakin pertambahan penduduk akibat gelombang pengungsi dari Nil Biru mungkin merupakan salah satu faktor penyebab perebakan cepat penyakit itu,” paparnya.
Hepatitis E adalah virus yang merusak hati, dan ditularkan melalui makanan atau air yang tercemar. Tidak ada obat atau vaksin untuk Hepatitis E. Tetapi, Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan, risiko penularan bisa berkurang banyak apabila orang mencuci tangan dengan sabun, minum air bersih, menggunakan jamban, dan tidak makan buah dan sayur mentah.
Juru bicara UNHCR Edwards mengatakan kepada VOA, kasus pertama Hepatitis E di kamp itu mulai nampak bulan Juli dan sejak itu merebak. Ia mengatakan, perebakan penyakit itu sebagian besar diakibatkan oleh banyaknya jumlah orang yang melintas ke Sudan Selatan dari Negara bagian Nil Biru di mana fasilitas-fasilitasnya bahkan lebih buruk daripada di kamp-kamp pengungsi.
Ia mengatakan perlu waktu cukup lama bagi petugas-petugas bantuan untuk menyadari adanya perebakan Hepatitis E.
Tindakan-tindakan darurat yang diambil untuk meredam peningkatan Hepatitis E termasuk pembangunan lebih dari 700 jamban di kamp Yusuf Batil. Ratusan jamban lainnya sedang dibangun di kawasan Kamp Doro. UNHCR juga membagikan sabun kepada para pengungsi dan sedang merencanakan mengganti jerigen-jerigen yang mungkin tercemar air kotor.
Tindakan-tindakan tambahan termasuk meningkatkan pengawasan atas penyakit itu, pemberian klorin pada air, dan melancarkan promosi kesehatan dan kebersihan secara meluas.