Utusan HAM PBB, Tomas Ojea Quintana mengatakan Selasa (8/4) kondisi yang parah bagi Muslim Rohingya di Myanmar dapat merupakan "kejahatan terhadap kemanusiaan."
Seorang utusan hak azasi PBB mengatakan kekurangan pangan, air dan perawatan medis yang parah bagi Muslim Rohingya di Myanmar Barat adalah bagian dari sejarah panjang penindasan minoritas agama yang dapat merupakan "kejahatan terhadap kemanusiaan."
Pernyataan Tomas Ojea Quintana itu dikeluarkan setelah pengungsian ratusan pekerja kemanusiaan internasional dari negara bagian Rakhine, tempat tinggal hampir semua Rohingya yang berjumlah 1,3 juta di negara itu, puluhan ribu dari mereka tinggal di kamp-kamp pengungsian yang berjubel.
Para pekerja bantuan meninggalkannya setelah massa ummat Buddha menyerang kantor-kantor dan tempat tinggal mereka dua minggu lalu. Sebagian telah berusaha untuk kembali, tetapi telah dilarang oleh pemerintah.
Quintana mengatakan perkembangan di Rakhine itu adalah yang terbaru dalam sejarah panjang diskriminasi dan penindasarn masyarakat Rohingya yang dapat dianggap kejahatan terhadap kemanusiaan.
Pernyataan Tomas Ojea Quintana itu dikeluarkan setelah pengungsian ratusan pekerja kemanusiaan internasional dari negara bagian Rakhine, tempat tinggal hampir semua Rohingya yang berjumlah 1,3 juta di negara itu, puluhan ribu dari mereka tinggal di kamp-kamp pengungsian yang berjubel.
Para pekerja bantuan meninggalkannya setelah massa ummat Buddha menyerang kantor-kantor dan tempat tinggal mereka dua minggu lalu. Sebagian telah berusaha untuk kembali, tetapi telah dilarang oleh pemerintah.
Quintana mengatakan perkembangan di Rakhine itu adalah yang terbaru dalam sejarah panjang diskriminasi dan penindasarn masyarakat Rohingya yang dapat dianggap kejahatan terhadap kemanusiaan.