Meningkatnya aktivitas penerbangan pesawat angkatan udara China mulai menggelisahkan rakyat biasa Taiwan. Mereka bertanya-tanya apakah lawan politik mereka yang memiliki persenjataan berat itu pada akhirnya berencana menyerang setelah puluhan tahun mengeluarkan ancaman, sebut para analis maupun hasil jajak pendapat.
Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China telah meningkatkan frekuensi dan jumlah penerbangan di atas garis median antara dua tetangga di Asia itu dalam empat bulan belakangan, sebut Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan.
Delapan belas pesawat militer China melewati wilayah udara Taiwan pada hari Jumat, dan ada 19 pesawat lagi pada hari Sabtu, sebut kementerian. Pada hari Sabtu, pesawat-pesawat itu terbang dalam formasi yang dirancang untuk menyerang dari depan, belakang dan kedua sisi samping. Sejumlah pesawat terlihat di wilayah udara Taiwan di atas perairan sekitar 80 kilometer dari Taiwan sendiri, sebagaimana yang tercantum dalam peta yang diunggah di berbagai situs berita lokal.
Sebagai tanggapan, kementerian pertahanan Taiwan menyatakan pulau itu memiliki hak “untuk membela diri dan melancarkan serangan balasan.”
“Karena militer Komunis telah secara proaktif membangun persiapan militer dalam beberapa hari ini dan kemampuannya menyerang Taiwan terus berkembang, militer Taiwan telah menyiapkan skenario pertempuran paling sengit dalam latihan Han Kuang yang disimulasikan komputer untuk mengatasi perkembangan baru dan ancaman baru,” sebut kementerian pertahanan Taiwan dalam suatu pernyataan hari Senin. Sebagian dari latihan tahunan Han Kuang itu berlangsung pekan lalu di Taiwan.
Alexander Huang, profesor kajian strategis di Tamkang University di Taiwan berpendapat masyarakat umum secara psikologis tidak siap untuk menghadapi konflik militer yang nyata dan realistis.
Sementara itu, jajak pendapat Yahoo pada awal September mendapati bahwa 64 persen warga Taiwan khawatir mengenai konflik, 33,5 persen tidak khawatir dan selebihnya tidak menyatakan pendapat apapun.
China mengklaim kedaulatan atas Taiwan, yang berpemerintahan sendiri sejak tahun 1940-an. Ketika itu, Partai Nasionalis pimpinan Chiang Kai-shek kalah dalam perang saudara China melawan Komunis pimpinan Mao Zedong dan kemudian melarikan diri ke Taipei. China belum pernah menanggalkan ancaman akan kekuatan, jika diperlukan, untuk menyatukan kedua pihak.
Sebagian besar warga Taiwan menentang penyatuan dengan China, demikian hasil survei pemerintah di Taipei pada tahun 2019.
Sementara itu, menurut jajak pendapat Taiwan Public Opinion Foundation pada bulan Agustus, hanya 41 persen warga Taiwan yang takut dengan latihan-latihan militer China. [uh/ab]