Kesepakatan tersebut dianggap akan menghidupkan kembali banyak masalah lama ketika banyak pangkalan militer Amerika di negara ini.
MANILA —
Sebuah kesepakatan yang belum diberlakukan untuk merotasi pasukan Amerika ke Filipina terus mendapat dukungan kuat di negara itu, yang menghadapi tantangan teritorial yang semakin agresif dari China.
Namun dalam hari-hari menjelang kunjungan Presiden Barrack Obama ke Manila, sejumlah penentang lebih lantang menyuarakan penolakan mereka.
Militer Filipina, sektor bisnis dan media lokal pada umumnya menaruh simpati pada usulan yang akan mendatangkan lebih banyak kapal dan pesawat militer Amerika singgah di Filipina.
Namun kelompok penentangnya yang sebagian besar berhaluan kiri, merujuk pada kepedihan di masa lalu.
Renato Reyes, Sekretaris Jenderal Partai New Patriotic Alliance yang mengorganisir unjuk rasa anti-Amerika menjelang kunjungan Obama, mengatakan sejak akhir 1800an ketika Amerika menjajah Filipina, pasukan Amerika banyak berada di Filipina.
Reyes mengatakan secara historis, undang-undang Filipina tidak punya “gigi” pada saat militer Amerika melakukan pelanggaran.
"Polanya adalah, mereka selalu menemukan cara menghindar dari undang-undang kami dan menempatkan diri mereka diatas undang-undang Filipina dan sebagai akibatnya, mereka praktis melanggar kedaulatan kami. Jadi, kesepakatan yang akan mereka tanda tangani ini akan menghidupkan kembali banyak masalah lama ketika banyak pangkalan militer Amerika di negara ini,” ujarnya.
Pangkalan militer Amerika sudah ada di Filipina sejak masa kolonial dan setelah Perang Dunia II semakin diperluas. Namun pada 1991, Senat Filipina menutupnya, sebagai tanggapan terhadap penentangan di dalam negeri yang kuat.
Reyes mengatakan, menjadi tuan rumah bagi militer Amerika, "melanggar kedaulatan, meninggalkan banyak racun yang belum dibersihkan hingga sekarang dan memperburuk pelacuran disini."
Pada1999, Filipina mengikat kesepakatan kunjungan militer dengan Amerika, yang sejak itu secara teratur melakukan rotasi pasukan militer ke bagian selatan negeri itu untuk melatih pasukan setempat dalam taktik-taktik kontra terorisme.
Perunding Filipina mengatakan, di dalam kesepakatan yang diajukan ini, tidak akan ada pangkalan tetap bagi pasukan Amerika, yang sejalan dengan konstitusi Filipina dan jangka waktu perjanjian ini tidak akan melebihi 20 tahun. Filipina juga diberi akses ke berbagai fasilitas sementara milik Amerika di pangkalan militer Filipina.
Filipina yang oleh kebanyakan pihak dinilai lemah dari segi militer, memiliki sengketa wilayah dengan China yang semakin memanas, menyangkut sejumlah pulau kecil di lautan Cina Selatan yang kaya akan sumber alam.
Juga ada dukungan besar bagi kehadiran Amerika di kawasan ini, guna melawan tekanan China yang terus meningkat serta mengklaim hampir seluruh wilayah laut itu. Brunei, Malaysia, Taiwan dan Vietnam juga memiliki klaim atas wilayah itu.
Wakil Presiden Asosiasi Manajemen Filipina, Rafael Alunan mengatakan belakangan ini, China mencegah Filipina masuk ke kawasan terumbu karang dan pasir yang penting dari segi ekonomi dan berada dalam zona ekonomi ekslusif Filipina sepanjang 370 kilometer.
"Secara pribadi saya menyambut baik perjanjian keamanan baru ini karena akan membantu negara kami melindungi kehormatan, teritori dan sumber alam, sementara kami berupaya untuk meningkatkan pertahanan nasional kami ditengah-tengah ancaman yang jelas dari China di kawasan itu,” ujarnya.
Kesepakatan ini, yang tidak memerlukan persetujuan kongres Filipina, menurut rencana akan ditandatangani saat kunjungan Obama minggu depan.
Renato Reyes mengatakan, begitu rinciannya diumumkan kepada publik, penentangnya merencanakan untuk mengajukan petisi berisi penolakan kepada Mahkamah Agung.
Namun dalam hari-hari menjelang kunjungan Presiden Barrack Obama ke Manila, sejumlah penentang lebih lantang menyuarakan penolakan mereka.
Militer Filipina, sektor bisnis dan media lokal pada umumnya menaruh simpati pada usulan yang akan mendatangkan lebih banyak kapal dan pesawat militer Amerika singgah di Filipina.
Namun kelompok penentangnya yang sebagian besar berhaluan kiri, merujuk pada kepedihan di masa lalu.
Renato Reyes, Sekretaris Jenderal Partai New Patriotic Alliance yang mengorganisir unjuk rasa anti-Amerika menjelang kunjungan Obama, mengatakan sejak akhir 1800an ketika Amerika menjajah Filipina, pasukan Amerika banyak berada di Filipina.
Reyes mengatakan secara historis, undang-undang Filipina tidak punya “gigi” pada saat militer Amerika melakukan pelanggaran.
"Polanya adalah, mereka selalu menemukan cara menghindar dari undang-undang kami dan menempatkan diri mereka diatas undang-undang Filipina dan sebagai akibatnya, mereka praktis melanggar kedaulatan kami. Jadi, kesepakatan yang akan mereka tanda tangani ini akan menghidupkan kembali banyak masalah lama ketika banyak pangkalan militer Amerika di negara ini,” ujarnya.
Pangkalan militer Amerika sudah ada di Filipina sejak masa kolonial dan setelah Perang Dunia II semakin diperluas. Namun pada 1991, Senat Filipina menutupnya, sebagai tanggapan terhadap penentangan di dalam negeri yang kuat.
Reyes mengatakan, menjadi tuan rumah bagi militer Amerika, "melanggar kedaulatan, meninggalkan banyak racun yang belum dibersihkan hingga sekarang dan memperburuk pelacuran disini."
Pada1999, Filipina mengikat kesepakatan kunjungan militer dengan Amerika, yang sejak itu secara teratur melakukan rotasi pasukan militer ke bagian selatan negeri itu untuk melatih pasukan setempat dalam taktik-taktik kontra terorisme.
Perunding Filipina mengatakan, di dalam kesepakatan yang diajukan ini, tidak akan ada pangkalan tetap bagi pasukan Amerika, yang sejalan dengan konstitusi Filipina dan jangka waktu perjanjian ini tidak akan melebihi 20 tahun. Filipina juga diberi akses ke berbagai fasilitas sementara milik Amerika di pangkalan militer Filipina.
Filipina yang oleh kebanyakan pihak dinilai lemah dari segi militer, memiliki sengketa wilayah dengan China yang semakin memanas, menyangkut sejumlah pulau kecil di lautan Cina Selatan yang kaya akan sumber alam.
Juga ada dukungan besar bagi kehadiran Amerika di kawasan ini, guna melawan tekanan China yang terus meningkat serta mengklaim hampir seluruh wilayah laut itu. Brunei, Malaysia, Taiwan dan Vietnam juga memiliki klaim atas wilayah itu.
Wakil Presiden Asosiasi Manajemen Filipina, Rafael Alunan mengatakan belakangan ini, China mencegah Filipina masuk ke kawasan terumbu karang dan pasir yang penting dari segi ekonomi dan berada dalam zona ekonomi ekslusif Filipina sepanjang 370 kilometer.
"Secara pribadi saya menyambut baik perjanjian keamanan baru ini karena akan membantu negara kami melindungi kehormatan, teritori dan sumber alam, sementara kami berupaya untuk meningkatkan pertahanan nasional kami ditengah-tengah ancaman yang jelas dari China di kawasan itu,” ujarnya.
Kesepakatan ini, yang tidak memerlukan persetujuan kongres Filipina, menurut rencana akan ditandatangani saat kunjungan Obama minggu depan.
Renato Reyes mengatakan, begitu rinciannya diumumkan kepada publik, penentangnya merencanakan untuk mengajukan petisi berisi penolakan kepada Mahkamah Agung.