Menteri Pertahanan Amerika Llyod Austin hari Selasa (19/12) tiba di Doha, Qatar, di mana ia melangsungkan pembicaraan yang produktif untuk secara resmi memperluas hubungan pertahanan bilateral kedua negara. Qatar merupakan salah satu negara yang didatangi Austin dalam lawatannya ke Timur Tengah sejak Senin lalu (18/12).
Berbicara setelah mengunjungi Pangkalan Angkatan Udara Al Udeid, yang dihuni oleh lebih dari 10.000 personil militer Amerika, Austin mengumumkan “Operation Prosperity Guardian” atau “Operasi Penjaga Kemakmuran.”
“Pagi ini kami meluncurkan Operasi Penjaga Kemakmuran, di bawah payung pasukan maritim gabungan dan kepemimpinan Task Force 153. Operasi ini melibatkan lebih dari 12 negara dari seluruh dunia untuk melakukan patroli bersama di Laut Merah dan Teluk Aden. Mengingat operasi ini di bawah kendali Task Force 153, saya tahu kita semua ingat moto CMF yaitu “ready together” ('siap bersama'). Dan itulah spirit semua negara, termasuk saya, yaitu mempertahankan perdamaian di Laut Merah dan secara bersama-sama menanggapi ancaman baru di laut lepas,” kata Austin.
Lewat pernyataan tertulis, Departemen Pertahanan Amerika mengatakan eskalasi serangan Houthi dari Yaman baru-baru ini telah “mengancam arus perdagangan bebas, membahayakan pelaut yang tidak bersalah, dan melanggar hukum internasional.” Terlebih karena Laut Merah merupakan jalur perairan penting yang menjadi koridor komersial utama dan memfasilitasi perdagangan internasional. Pernyataan itu menegaskan perlunya menegakkan “prinsip dasar kebebasan navigasi” untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan aktor-aktor non negara yang meluncurkan rudal balistik dan kendaraan udara tak berawak ke kapal-kapal dagang dari berbagai negara yang secara sah transit di perairan internasional itu.
Inggris, Bahrain, Kanada, Prancis, Italia, Belanda, Norwegia, Seychelles, dan Spanyol, adalah sebagian negara yang ikut mendukung operasi itu, dan siap melakukan patroli bersama.
BACA JUGA: AS Perkuat Pasukan Maritim Gabungan pasca Serangan Rudal atas Tanker Norwegia di Laut MerahDalam kunjungan sebelumnya di Bahrain Selasa (19/12), Amerika Serikat dan sejumlah negara lain membentuk kekuatan baru untuk melindungi kapal-kapal yang melintasi Laut Merah, yang diserang oleh drone dan rudal balistik yang ditembakkan dari wilayah Yaman yang dikuasai Houthi, kata Menteri Pertahanan Lloyd Austin.
Seriusnya serangan tersebut, yang beberapa di antaranya telah merusak kapal, telah menyebabkan beberapa perusahaan pelayaran memerintahkan kapal mereka untuk tetap berada di tempatnya dan tidak memasuki Selat Bab el-Mandeb sampai situasi keamanan dapat diatasi.
Komando Pusat militer AS melaporkan dua serangan lagi terhadap kapal komersial pada hari Senin. Serangan drone dan rudal balistik menghantam sebuah kapal tanker di lepas pantai Yaman, pada saat yang hampir bersamaan sebuah kapal kargo melaporkan adanya bom yang meledak di perairan dekat mereka, kata militer.
“Ini adalah tantangan internasional yang menuntut tindakan kolektif,” kata Menteri Pertahanan Lloyd Austin dalam sebuah pernyataan yang dirilis tepat setelah tengah malam di Bahrain. “Oleh karena itu, hari ini saya mengumumkan pembentukan Operation Prosperity Guardian, sebuah inisiatif keamanan multinasional baru yang penting.”
Biasanya ada sekitar 400 kapal komersial yang melintasi Laut Merah bagian selatan, wilayah yang kira-kira seluas Washington DC hingga Boston, kata seorang pejabat senior militer kepada wartawan yang melakukan perjalanan bersama Austin di wilayah tersebut.
Berdasarkan misi baru tersebut, kapal-kapal militer tidak harus mengawal kapal tertentu, namun akan diposisikan untuk memberikan payung perlindungan kepada sebanyak mungkin kapal pada waktu tertentu, kata pejabat yang tidak ingin disebutkan namanya itu.
Pada hari Selasa, perusahaan pelayaran Maersk mengumumkan bahwa untuk saat ini, mereka telah memutuskan untuk mengubah rute kapal-kapalnya yang telah berhenti berhari-hari di luar selat dan Laut Merah, dan mengirim mereka berkeliling Afrika melalui Tanjung Harapan – jalur yang lebih panjang dan kurang efisien. Maersk mengatakan pihaknya menyambut baik upaya keamanan internasional, namun saat ini, rute yang lebih panjang akan memberikan “hasil yang lebih dapat diprediksi” bagi para pelanggannya.
Dua kapal perang AS, USS Carney dan USS Mason, saat ini bergerak melalui Selat Bab el-Mandeb untuk membantu mencegah dan merespons serangan dari Houthi.
Keputusan untuk membentuk operasi yang diperluas ini diambil setelah tiga kapal dagang diserang oleh peluru kendali yang ditembakkan oleh Houthi yang didukung Iran pada 3 Desember.
Serangan-serangan tersebut merupakan bagian dari kampanye kekerasan yang meningkat, yang juga mencakup drone bersenjata dan lainnya yang diluncurkan ke arah kapal-kapal perang AS.
Hingga saat ini, AS belum melakukan serangan balik terhadap Houthi dukungan Iran yang beroperasi di Yaman atau menarget senjata atau situs-situs militer kelompok militan tersebut. Pada hari Senin, Austin tidak menjawab pertanyaan mengapa Pentagon belum melakukan serangan balik. [ab/uh/em/jm]