Dokter-dokter di Asia mewaspadai perebakan virus penyebab penyakit tangan, kaki, dan mulut, yang mengakibatkan kematian puluhan anak di Asia.
Laporan-laporan perebakan virus penyebab penyakit tangan, kaki, dan mulut (HFMD) muncul di negara-negara di Asia dalam beberapa bulan terakhir, terutama yangmengenai anak kecil. Negara yang terkena paling parah wabah ini adalah Tiongkok dengan lebih dari 1,2 juta penderita dan lebih dari 350 kematian.
Pihak berwenang bidang kesehatan di Jepang, Hong Kong, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Thailand, Taiwan, dan Vietnam telah melaporkan semua kasus terutama di kalangan anak berusia di bawah 10 tahun.
Di Vietnam, jumlah penderita mencapai 63.000 dan lebih dari 30 anak meninggal, sementara di Singapura dilaporkan ada 26.000 anak terkena virus itu.
Penyakit HFMD sangat lazim dan mudah ditularkan di antara anak-anak, tetapi para peneliti masih berusaha memahami mengapa terjadi tingkat penularan yang lebih tinggi tahun ini.
Dr. Brent Burkholder, penjabat perwakilan Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) di Thailand, mengatakan, “Kami melihat sedikit kenaikan jumlah penderita tahun ini dibanding rata-rata pada masa lalu di Thailand. Tetapi, kami juga melihat, di negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Singapura dan Vietnam telah dilaporkan jumlah penderita sedikit lebih banyak daripada sebelumnya. Jadi, belum begitu jelas mengapa ini terjadi. Kadang-kadang karena naiknya jumlah laporan dan kadang-kadang karena siklus virus itu sendiri.”
Perhatian dipusatkan pada Kamboja awal bulan ini ketika pihak berwenang melaporkan lebih dari 60 anak meninggal akibat penyakit misterius itu. Kementerian Kesehatan Publik Kamboja dan WHO kemudian mengeluarkan pernyataan bersama menegaskan penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut mengakibatkan kematian 54 anak.
Dokter-dokter menuding klinik-klinik yang menggunakan obat-obatan yang mengandungsteroid untuk mengobati gejala demam, muntah, bintik-bintik, dan kulit melepuh sebagai penyebab tingkat kematian yang tinggi.
Steroid merusak sistem kekebalan alami tubuh untuk melawan virus itu.
Tetapi para peneliti yakin, pengobatan yang buruk bukan satu-satunya alasan menguatnya virus itu. Vit Suwanvanichkij, peneliti pada Jurusan Kesehatan Publik Bloomberg Universitas Johns Hopkins, mengatakan, “Virus ini ada di mana-mana. Anak-anak bisa mudah tertular. Seringkali mereka terkena penyakit virus yang tidak khusus dengan gejala demam, mungkin sedikit diare, sakit perut, dan kemudian hilang.”
Pihak berwenang bidang kesehatan memperkirakan virus itu akan tetap aktif sedikitnya beberapa minggu sebelum perebakan terakhir di seluruh kawasan Asia itu mereda.
Pihak berwenang bidang kesehatan di Jepang, Hong Kong, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Thailand, Taiwan, dan Vietnam telah melaporkan semua kasus terutama di kalangan anak berusia di bawah 10 tahun.
Di Vietnam, jumlah penderita mencapai 63.000 dan lebih dari 30 anak meninggal, sementara di Singapura dilaporkan ada 26.000 anak terkena virus itu.
Penyakit HFMD sangat lazim dan mudah ditularkan di antara anak-anak, tetapi para peneliti masih berusaha memahami mengapa terjadi tingkat penularan yang lebih tinggi tahun ini.
Dr. Brent Burkholder, penjabat perwakilan Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) di Thailand, mengatakan, “Kami melihat sedikit kenaikan jumlah penderita tahun ini dibanding rata-rata pada masa lalu di Thailand. Tetapi, kami juga melihat, di negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Singapura dan Vietnam telah dilaporkan jumlah penderita sedikit lebih banyak daripada sebelumnya. Jadi, belum begitu jelas mengapa ini terjadi. Kadang-kadang karena naiknya jumlah laporan dan kadang-kadang karena siklus virus itu sendiri.”
Perhatian dipusatkan pada Kamboja awal bulan ini ketika pihak berwenang melaporkan lebih dari 60 anak meninggal akibat penyakit misterius itu. Kementerian Kesehatan Publik Kamboja dan WHO kemudian mengeluarkan pernyataan bersama menegaskan penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut mengakibatkan kematian 54 anak.
Dokter-dokter menuding klinik-klinik yang menggunakan obat-obatan yang mengandungsteroid untuk mengobati gejala demam, muntah, bintik-bintik, dan kulit melepuh sebagai penyebab tingkat kematian yang tinggi.
Steroid merusak sistem kekebalan alami tubuh untuk melawan virus itu.
Tetapi para peneliti yakin, pengobatan yang buruk bukan satu-satunya alasan menguatnya virus itu. Vit Suwanvanichkij, peneliti pada Jurusan Kesehatan Publik Bloomberg Universitas Johns Hopkins, mengatakan, “Virus ini ada di mana-mana. Anak-anak bisa mudah tertular. Seringkali mereka terkena penyakit virus yang tidak khusus dengan gejala demam, mungkin sedikit diare, sakit perut, dan kemudian hilang.”
Pihak berwenang bidang kesehatan memperkirakan virus itu akan tetap aktif sedikitnya beberapa minggu sebelum perebakan terakhir di seluruh kawasan Asia itu mereda.