Sistem throttle mesin otomatis yang mengalami gangguan dan tidak dipantau dengan benar oleh pilot menyebabkan kecelakaan maut pesawat jet Sriwijaya 737-500 pada Januari 2021, kata laporan akhir tim penyelidik kecelakaan udara Indonesia, Kamis (10/11).
"Apa yang terjadi adalah karena rasa percaya atau complacency terhadap otomatisasi, dan adanya informasi yang mendukung opini. Ini yang mungkin menyebabkan kurangnya monitor terhadap instrumen dan keadaan lainnya,” kata Nurcahyo Utomo, ketua tim penyelidik itu.
Kecelakaan di Laut Jawa, yang menewaskan seluruh 62 orang di dalamnya, itu adalah kecelakaan pesawat komersial besar ketiga di Indonesia hanya dalam waktu enam tahun dan menyoroti catatan keselamatan udara yang buruk di Indonesia.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi Indonesia (KNKT) mengatakan, para penyelidik kesulitan menganalisis situasi di kokpit jet berusia 26 tahun itu karena suara kapten tidak terekam.
KNKT mengatakan tidak ada peraturan dan pedoman tentang pelatihan pencegahan dan pemulihan gangguan oleh maskapai penerbangan itu untuk memastikan pilot mampu mencegah situasi seperti itu dan bisa mengatasinya dengan segera jika memang terjadi.
Sriwijaya sendiri telah memberikan pelatihan tersebut kepada para pilotnya sejak tragedi itu, kata KNKT. [ab/ka]