Penyu Makin Terancam, Para Aktivis Lingkungan Serukan Perlindungan

  • Arif Budiman

Penyu, eksistensinya semakin terancam karena eksploitasi berlebihan (Dokumentasi Profauna)

Indonesia boleh berbangga hati karena memiliki enam dari tujuh spesies penyu yang ada di dunia. Namun, kebanggaan itu kemungkinan akan sirna karena semua spesies itu dalam keadaan terancam atau hampir terancam punah. Berbagai usaha untuk mencegah eksploitasi penyu masih menghadapi berbagai hambatan.

Berbagai studi yang dilakukan organisasi-organisas pecinta lingkungan mengisyaratkan penurunan yang signifikan populasi penyu di perairan Indonesia. Studi-studi itu mengamati kebiasaan penyu bersarang dan bertelur di pantai-pantai. Hasilnya, populasi penyu dari tahun ke tahun cenderung menyusut.

Muhammad Jayuli, Sekretaris Yayasan Penyu Indonesia (Dokumentasi YPI)

Muhammad Jayuli, sekretaris Yayasan Penyu Indonesia (YPI), mengatakan, untuk mengetahui secara pasti seberapa besar populasi penyu di Indonesia terbilang sulit, mengingat luasnya perairan Indonesia dan penyu tergolong hewan yang sering bermigrasi.

“Beberapa data menunjukkan, dalam 100 tahun terakhir, populasinya menurun hingga 90 persen. Kini tinggal ribuan betina dewasa yang tergolong produktif,” kata Muhammad.

Menurut Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN), Indonesia memiliki enam spesies penyu laut yang terancam atau hampir terancam punah. Yang tergolong terancam adalah penyu hijau (Chelonia mydas), penyu tempayan (Caretta caretta) dan peyu pipih (Natator depressa), sementara yang sangat terancam punah adalah penyu sisik (Eretmochelys imbricata). Dua spesies lainnya, penyu kulit punggung (Dermochelys coriacea) dan penyu lekang (Lepidochelys olivacea)– hampir terancam punah karena populasinya menurun secara signifikan.

Di Indonesia, penyu-penyu itu bersarang terutama di Pantai Sangalaki di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur; Pantai Paloh di Kalimantan Barat; Pantai Pangumbahan di Jawa Barat; Pantai Blambangan di Jawa Timur; dan Pantai Jeen Womom, Papua Barat.

Your browser doesn’t support HTML5

Penyu Makin Terancam, Para Aktivis Lingkungan Serukan Perlindungan

Muhammad mengatakan dari keenam spesies itu, penyu sisik lah yang paling terancam punah. “Karena kecantikan dan keunikan kerapasnya, penyu sisik masih sering menjadi objek perburuan ilegal. Kerapasnya jadi bahan untuk membuat perhiasan atau dekorasi,” imbuhnya.

Survei pasar YPI pada sebuah periode antara tahun 2019 dan 2020 mendapati, nilai perdagangan ilegal penyu sisik bisa mencapai sekitar Rp 5 miliar. YPI sendiri meyakini, jumlahnya kemungkinan lebih besar dari itu, karena sulitnya proses pelacakan. Apalagi, kata Muhammad, tren transaksi berbagai produk yang memanfaatkan kerapas penyu sisik kini beralih ke sistem online.

Tukik-tukik Penyu Hijau. (Dokumentsi YPI)

Menurut Rosek Nursahid, ketua sekaligus pendiri Profauna Indonesia, penyu-penyu Indonesia, terutama penyu hijau diburu karena dagingnya.“Walaupun sudah ilegal, terbukti hampir setiap tahun polisi menggagalkan upaya penyelundupan penyu hijau. Itu yang terdektesi, yang berhasil digagalkan. Kami yakin, yang lolos kemungkinan besar makin banyak,” jelasnya.

Rosek mengatakan, Indonesia merupakan pusat perdagangan penyu laut internasional. Banyak pedagang ilegal penyu Indonesia memenuhi permintaan dari negara-negara seperti Malaysia, Vietnam dan China. Padahal, menurut Rosek, siapapun yang terbukti terlibat dalam perdagangan penyu dapat dipenjara hingga lima tahun berdasarkan undang-undang yang berlaku di Indonesia.

Konsumsi daging penyu di Indonesia juga cukup tinggi. Rosek mengungkapkan, Bali tercatat sebagai provinsi yang paling banyak memanfaatkan daging penyu hijau. Daging penyu sering disajikan sebagai makanan tradisional dan dihadirkan dalam upacara-upacara adat dan keagamaan.

Rosek Nursahid, Ketua sekaligus pendiri Profauna Indonesia (Dokumentasi Profauna)

Rosek mengatakan, organisasi yang dipimpinnya bekerjasama dengan YPI mengelola beberapa pantai yang menjadi habitat atau tempat peneluran penyu untuk mempertahankan kelestariannya. Hasilnya sejauh ini cukup menggembirakan.

“Di pantai Blambangan, bisa ada 3.000 hingga 4.000 penyu yang mendarat dan bertelur. Itu angka yang tinggi. Jadi kita menjaga beberapa spot yang menjadi habitat penyu,” kata Rosek.

Lebih jauh Rosek menjelaskan, menyusutnya populasi penyu di Indonesia tidak hanya karena eksploitasi yang berlebihan, tapi juga karena berkurangnya habitat. Pembangunan proyek-proyek pariwisata yang tidak ramah lingkungan, dan pencemaran lingkungan, sering menjadi pemicu menyusutnya habitat tersebut Belum lama ini di Pantai Paloh, contohnya, banyak ditemukan penyu yang mati karena diketahui mengonsumsi sampah plastik.

Menurut Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali, Agus Budi Santosa, berbagai upaya telah digelar untuk melestarikan penyu secara nasional, termasuk dengan menggelar kampanye “Keren Tanpa Sisik” sejak akhir tahun 2019 dan melepas tukik atau anak penyu ke laut secara beramai-ramai.

Program-program itu melibatkan berbagai lapisan masyarakat untuk menggugah kesadaran akan bahaya yang dihadapi penyu dengan menghindari produk-produk yang tidak ramah penyu.

“Persentase tukik lahir hingga sampai dia bisa bertelur itu hanya satu hingga dua persen saja. Angkanya sangat kecil. Bahkan ada beberapa literatur yang menunjukkan bahwa dari 1.000 ekor, maksimal hanya lima ekor yang bisa bertelur. Karena itu, semakin banyak kita melepaskannya, semakin baik bagi kelestarian spesies tersebut," jelas Agus.

BKSDA Bali baru-baru ini melepaskan sekitar 40 tukik atau bayi penyu, sisik dan lekang ke laut. Penyu-penyu itu merupakan hasil sitaan badan tersebut dari perdagangan ilegal. Kegiatan ini mendapat sambutan hangat masyarakat setempat.

Pelepasan Tukik di Bali, bagian dari upaya melestarikan penyu (Dokumentasi BKSDA Bali)

Made Ayu Diah Permata, seorang mahasiswa berusia 20 tahun, mengaku mengikuti kegiatan di Pantai Kuta ini karena kecintaannya pada lingkungan. “Perasaan saya sangat senang bisa berpartisipasi dalam kegiatan ini, karena denagn upaya ini kita bisa melestarikan habitat penyu yang ada di Bali,” jelasnya.

Ketika ditanya apa pelajaran yang bisa dipetik langsung dari kegiatan ini, perempuan itu menjawab, “Kita bisa mengedukasi masyarakat agar tidak ada perburuan liar terhadap penyu. sehingga penyu bisa dilestarikan agar anak cucu kita bisa tetap melihatnya.”

Sejumlah turis asing menyempatkan diri menonton dan memfilmkan acara pelepasan tukik itu dengan ponsel-ponsel mereka. Mereka bersorak-sorai menyemangati tukik-tukik itu yang terlihat berenang dengan susah payah menuju ke laut lepas. [ab/uh]