Penyusutan Habitat Memacu ‘Munculnya Kembali’ Satwa Liar di Berbagai Kota di Amerika

  • Associated Press

Seekor burung kuntul terbang di Suaka Margasatwa Internasional Sungai Detroit di Trenton, Michigan, 7 Oktober 2022. (AP /Carlos Osorio)

Di area kota metropolitan yang ramai dengan penduduk 4,3 juta jiwa, para pakar satwa liar dari Universitas Yale menjelajah ke semak-semak terpencil untuk mempelajari “penghuni” kota Detroit yang paling sulit ditangkap.

Di area kota metropolitan Detroit yang ramai dengan populasi 4,3 juta jiwa, sekelompok peneliti dari Universitas Yale mempelajari penghuni kota itu yang paling sulit ditangkap, di antaranya coyote, rubah, rakun, dan sigung.

Nyeema Harris, ahli biologi satwa liar, dan kawan-kawan telah menempatkan kamera jejak di bagian-bagian hutan dari 25 taman kota selama lima tahun terakhir. Mereka telah merekam ribuan gambar hewan yang muncul sebagian besar pada malam hari dan berkeliaran untuk mencari makan. Hasil rekaman itu mengungkapkan sisi lain yang mungkin tidak diketahui oleh banyak penduduk setempat.

“Saat kita memperluas jejak urbanisasi, lahan untuk satwa liar akan semakin sempit. Jadi, kita akan lebih sering berpapasan dengan satwa liar itu,” jelas Nyeema Harris.

Kini, spesies hewan dan tumbuhan sedang terancam pada tingkat yang mengkhawatirkan. Hingga 1 juta spesies terancam punah, menurut laporan PBB 2019. Nasib menyedihkan yang dialami oleh satwa liar itu memicu seruan untuk “menghutankan kembali” tempat-tempat di mana satwa liar pernah berkembang biak sebelum terdesak oleh pembangunan, polusi, dan perubahan iklim.

Ahli biologi satwa liar Universitas Yale Nyeema Harris memeriksa peralatan yang digunakan untuk melacak pergerakan hewan di O'Hair Park di Detroit, 8 Oktober 2022. (AP/John Flesher)

Pemugaran umumnya berarti menghidupkan kembali sistem alami di lokasi yang terdegradasi, terkadang dengan bantuan para pemerhati lingkungan. Upaya itu mungkin berarti harus menghilangkan bendungan, membangun terowongan untuk menghubungkan kembali jalur migrasi yang terputus oleh jalan raya, atau memperkenalkan kembali predator seperti serigala untuk membantu menyeimbangkan ekosistem.

Ide demikian mungkin tampak paling cocok untuk daerah terpencil di mana alam lebih bebas untuk menyembuhkan diri tanpa intervensi manusia. Tetapi upaya penghutanan kembali juga terjadi di beberapa pusat kota besar di dunia, sementara orang menemukan berbagai cara yang saling menguntungkan untuk hidup berdampingan dengan alam.

Area metropolitan Detroit yang luas menggambarkan bagaimana tindakan manusia dapat meningkatkan upaya penghutanan kembali di kota itu, sengaja atau tidak.

Your browser doesn’t support HTML5

Penyusutan Habitat Memacu ‘Munculnya Kembali’ Satwa Liar di Berbagai Kota AS

Ratusan ribu rumah dan bangunan lainnya ditinggalkan penghuninya karena populasi kota itu turun lebih dari 60 persen dari masa puncaknya. Banyak tempat diratakan, meninggalkan lahan kosong di mana tumbuh tanaman dan satwa liar. Kelompok-kelompok nirlaba telah menanam pohon, mengelola kebun komunitas, dan semak belukar.

Proyek konservasi memperkenalkan kembali osprey dan elang peregrine. Elang botak menemukan habitatnya kembali karena larangan penggunaan DDT dan pestisida lainnya telah membantu memperluas jangkauan burung-burung itu secara nasional. Undang-undang antipolusi dan pembersihan yang didanai pemerintah membuat sungai terdekat lebih ramah bagi ikan sturgeon, ikan putih, berang-berang, dan tanaman endemik di kawasan itu, seperti seledri liar.

Suaka Margasatwa Internasional Sungai Detroit berjarak setengah jam berkendara dari pusat kota. Suaka itu terdiri atas 30 bidang dengan total lahan seluas 2.509 hektar, termasuk pulau, lahan basah, dan bekas lokasi industri.Area itu menjadi rumah bagi 300 spesies burung dan persinggahan yang sibuk untuk bebek, burung-burung raptor (pemangsa), dan lainnya selama migrasi.

Mahasiswa doktoral Universitas Yale, Siria Gamez (kiri) dan Aishwarya Bhandari merekam data dari kamera satwa liar mereka yang dipasang di pohon di taman Detroit, 7 Oktober 2022. (AP/Carlos Osorio)

“Ada banyak kebanggaan bahwa kami mengubah situs bekas industri menjadi area yang sekarang gratis untuk penggunaan umum,” jelas Dan Kennedy, manajer Suaka Margasatwa Internasional Sungai Detroit.

Bagi Harris, ahli biologi dari Universitas Yale yang sebelumnya bekerja di Universitas Michigan, Detroit menawarkan latar belakang yang unik untuk mempelajari satwa liar di lingkungan perkotaan.

Pengamatan fotografi tim Harris telah menghasilkan studi yang dipublikasikan tentang bagaimana mamalia bereaksi satu sama lain, dan terhadap manusia, di lanskap perkotaan.

Proyek ini menghubungkan satwa liar dengan penduduk setempat, yang sebagian tertarik dengan coyote dan rakun di lingkungan tersebut, dan yang lain takut akan penyakit atau bahaya yang ditimbulkan oleh satwa liar terhadap hewan peliharaan mereka. [lt/uh]