Perancis Tuntut Bayaran Lebih Besar dari Inggris untuk Krisis Migran

Presiden Perancis Emmanuel Macron (kanan) bersama PM Inggris Theresa May saat bertemu di Istana Elysee, Paris, Perancis, 13 Juni 2017. (Foto: dok).

Perancis akan menuntut agar Inggris membayar lebih banyak untuk menanggulangi krisis migran di sekitar pelabuhan Calais, gerbang utama jalan dari Eropa daratan ke Inggris.

Presiden Perancis Emmanuel Macron berkunjung ke kota di bagian utara Perancis itu hari Selasa, di mana ia bertemu dengan para migran di tempat pemondokan setempat, dan memuji usaha kepolisian dalam pidatonya kepada kepolisian setempat.

“Dalam keadaan apapun kita tidak akan mengizinkan jaringan ilegal muncul atau berkembang disini. Dalam keadaan apapun, kita tidak akan mengizinkan munculnya lagi kamp hutan disini atau pendudukan tanah illegal lain,” katanya, yang mengecam orang-orang yang menuduh polisi melakukan pelanggaran terhadap migran.

Macron diperkirakan akan mengungkapkan kebijakan imigrasi baru dalam pekan-pekan mendatang. Angka resmi pekan ini menunjukkan jumlah rekor permohonan suaka dalam tahun 2017, yang melebihi 100 ribu orang.

Sekarang ini, pengawasan perbatasan Inggris dilakukan di Calais berdasarkan persetujuan antara Inggris dan Perancis.

Macron akan berkunjung ke London, Kamis (18/1) untuk berbicara dengan Perdana Menteri Theresa May dan diperkirakan akan menuntut agar Inggris menerima lebih banyak pencari suaka dan membayar lebih banyak untuk mengawasi perbatasan.

Ratusan pencari suaka, terutama dari Afrika dan Timur Tengah, tinggal dalam kondisi buruk di kamp-kamp kumuh sekitar Calais. Jalan-jalan menuju pelabuhan dipagari dengan kawat berduri, tetapi migran selalu memanjat pagar tersebut dan berusaha bersembunyi dalam truk dan mobil yang hendak menyeberangi Selat Inggris. [gp]