Setelah dua tahun di darat, Flipflopi siap berlayar lagi. Pembuatnya mengklaim bahwa itu adalah satu-satunya perahu di dunia yang terbuat dari sampah plastik daur ulang.
Pembuat dan awak selama berbulan-bulan merenovasi dan membersihkan perahu itu, dan kini Flipflopi diturunkan lagi ke danau terbesar di Afrika, Danau Victoria.
Dua pembuatnya, kapten Ali Skanda Abdala dan Hassan Shafi, mengangkat tiang perahu dan merapikan bentuknya sebelum melakukan pelayaran pertamanya. "Kami membuat perahu ini karena kami bisa melihat banyak plastik terbawa ke samudera," jelas Ali Skanda Abdala.
Ali Abdala bukan hanya seorang pembuat kapal, tetapi juga pegiat lingkungan. Baginya, dan juga awak perahu itu, Danau Victoria benar-benar akan mati kecuali bila dilakukan sesuatu untuk menyelamatkannya.
"Saya merasa sangat sedih ketika melihat plastik mengambang di mana-mana. Akhirnya sampai ke sumber pangan kita, ke rantai makanan kita, itu mengerikan," komentarnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Tujuan utama Flipflopi adalah meningkatkan kesadaran akan isu-isu lingkungan. Semua orang dalam perahu itu, awak maupun pembuat perahu, berperan.
"Saya ingin semua orang terlibat dalam memperbaiki dan menjaga kebersihan lingkungan," kata Hassan Shafi.
Selama tiga minggu, Flipflopi akan berlayar mengelilingi seluruh Danau Victoria. Awaknya bekerja, makan dan tidur di perahu itu sementara melakukan perjalanan di sepanjang garis pantai Kenya, Uganda, Tanzania dan kemudian kembali ke Kenya.
Polusi plastik, perkembangbiakan spesies tumbuhan yang invasif dan pengurangan populasi ikan secara langsung mempengaruhi mata pencaharian nelayan di sekitar danau tersebut.
Selain melibatkan komunitas yang ditemui dalam perjalanannya, tim Flipflopi juga melobi pemerintah daerah untuk menerapkan undang-undang yang lebih ketat tentang plastik sekali pakai.
"Tujuan kami kini adalah melihat apakah kami bisa merangsang ekonomi di sekitar sampah juga. Ada banyak gagasan luar biasa yang terjadi di seluruh negeri. Yang unik dari yang satu ini, adalah ini adalah perahu layar plastik daur ulang pertama di dunia," jelas Dipesh Pabari, salah satu pendiri Flipflopi.
Bagi pembuatnya, Flipflopi bukan sekadar perahu dari sampah melainkan sebuah pesan. Mereka ingin orang mengetahui bahwa apa yang dianggap sebagai limbah ternyata memiliki nilai dan tidak seharusnya begitu saja dibuang karena mencemari alam, air, dan udara.
Flipflopi menunjukkan kepada kita bahwa ada solusi lain yang mungkin dalam mengatasi limbah plastik. [ka/ab]