Perancis, Inggris, dan Jerman Desak Iran agar Hormati Perjanjian Nuklir 2015

Fasilitas konversi uranium di luar kota Isfahan, 410 kilometer selatan Teheran, Iran. (Foto: dok).

Kelompok negara-negara yang disebut E3, terdiri dari Perancis, Inggris, dan Jerman, telah meminta Teheran agar tetap menghormati perjanjian nuklir tahun 2015 dengan negara-negara kuat di dunia dan menahan diri dari kekerasan, menyusul pembunuhan seorang jenderal terkemuka Iran oleh pasukan Amerika.

Dalam sebuah pernyataan bersama yang dirilis pada 6 Januari, tiga penandatangan Uni Eropa untuk perjanjian nuklir itu menekankan pentingnya mengurangi ketegangan di Irak dan Iran, dan menegaskan kembali tekad untuk melawan kelompok Negara Islam (ISIS).

“Kami menegaskan kembali komitmen untuk melanjutkan perang melawan ISIS, yang tetap menjadi prioritas. Sangat penting bahwa kita menjaga koalisi, dalam hal ini. Kami menyerukan pihak berwenang Irak untuk terus memberikan dukungan yang diperlukan untuk koalisi,” ujar Kelompok E3 dalam sebuah pernyataan.

BACA JUGA: Iran Mundur dari Perjanjian Nuklir 2015

Sehari sebelumnya, Iran mengatakan tidak akan lagi mematuhi pembatasan apa pun yang ditetapkan dalam perjanjian nuklir itu, di tengah-tengah meningkatnya ketegangan dengan Amerika Serikat.

Pemerintah Iran mengumumkan langkah mundur kelima negara itu dari perjanjian dalam sebuah pernyataan yang mengatakan negara itu akan mengesampingkan “batas jumlah sentrifugal” yang digunakan untuk memperkaya uranium.

Pernyataan itu juga mengatakan Iran tidak akan lagi mematuhi batasan pada tingkat pengayaan, jumlah bahan yang diperkaya yang ditimbun, atau penelitian dan pengembangan dalam kegiatan nuklirnya.

Pernyataan itu tidak menguraikan sampai tingkat mana yang hendak dicapai oleh Iran dalam programnya. [lt/ab]