Inggris dan Perancis mendirikan "pusat komando dan kendali" baru di kota pelabuhan Perancis Calais, untuk menanggapi upaya ribuan imigran menyeberangi Selat Inggris secara ilegal tahun ini.
Menteri Dalam Negeri Inggris Theresa May bertemu dengan koleganya dari Perancis Bernard Cazeneuve di Calais untuk menandatangani sebuah kesepakatan.
Sedikitnya 10 migran tewas ketika melalui jalur tersebut untuk mencari pekerjaan.
Kesepakatan tersebut termasuk menempatkan pejabat Inggris di Calais untuk mengatasi operasi perdagangan manusia, dan membangun pusat kendali dekat pintu masuk terowongan Euro, sebuah pusat yang fokus pada migran yang berharap mendapat tumpangan kereta atau mobil untuk pergi ke Inggris.
Pagar tambahan, lampu sorot, kamera keamanan dan teknologi sinar merah juga akan dipasang di kawasan sekitar terowongan.
Perancis juga mengatakan akan memberikan kontribusi bantuan kemanusiaan tambahan bagi para migran di kamp dekat terowongan Euro, di mana kondisi kebersihannya buruk.
Situasi ini mencapai tahap putus asa bulan lalu ketika sebanyak 1.700 migran berusaha menaiki kereta Euro pada suatu malam. Pihak yang berwenang mengatakan rata-rata orang yang berusaha menaiki kereta setiap malamnya telah turun menjadi sekitar 150.
Peningkatan jumlah migran yang berusaha masuk ke Inggris hanya salah satu contoh krisis imigrasi yang dihadapi Eropa tahun ini, karena semakin banyak imigran yang berusaha lari dari konflik dan kemiskinan di Afrika dan Timur Tengah dibandingkan sebelumnya.
Yunani, Italia dan Hungaria bergulat dengan masalah yang serupa untuk mengatasi orang-orang yang datang mencari kerja dan keadaan hidup yang lebih baik di perbatasan Uni Eropa.