Pasukan Israel dan militan Hamas pada Rabu (6/12) bertempur di Jalur Gaza. Perang tersebut meningkatkan tekanan terhadap warga sipil Palestina yang menghadapi kesulitan kian besar dalam menemukan tempat berlindung dan mengakses bantuan kemanusiaan.
Militer Israel Rabu mengatakan pihaknya melancarkan serangan udara terhadap sekitar 250 target di Jalur Gaza sehari sebelumnya.
PBB melaporkan peningkatan signifikan bombardemen Israel terhadap Gaza sejak Senin sore.
Menurut para pejabat militer Israel, pasukan mereka mengepung kota di bagian selatan, Khan Younis, yang merupakan kota terbesar kedua di Gaza.
Meluasnya perang di Gaza Selatan terjadi setelah fokus awal militer Israel pada daerah-daerah di bagian utara, termasuk di antaranya Kota Gaza. Ini juga terjadi setelah militer Israel selama berpekan-pekan memerintahkan warga sipil agar pindah ke selatan guna menghindari pertempuran.
Tetapi dengan Laut Tengah di bagian barat, perbatasan dengan Mesir yang ditutup dan Israel di bagian selatan dan timur Gaza, ruang yang tersedia bagi orang-orang untuk menyelamatkan diri menyusut.
Badan PBB urusan pengungsi Palestina mengatakan sekitar 1,9 juta orang mengungsi di dalam Gaza, jumlah yang mendekati 85% dari populasinya. Satu juta di antara mereka tercatat berada di tempat-tempat penampungan PBB di Gaza Selatan.
Kantor Urusan Koordinasi Kemanusiaan PBB Selasa malam mengatakan bahwa untuk hari ketiga berturut-turut, daerah Rafah di Gaza Selatan menjadi satu-satunya tempat di mana distribusi bantuan dapat dilakukan, karena pertempuran berlangsung di tempat lainnya.
“Tidak ada tempat yang aman di Gaza,” kata koordinator bantuan darurat PBB Martin Griffiths. “Tidak rumah sakit, tidak tempat berlindung, tidak kamp-kamp pengungsi. Tidak seorang pun yang aman. Tidak anak-anak, petugas kesehatan, petugas bantuan kemanusiaan. Pengabaian terang-terangan terhadap kemanusiaan mendasar semacam itu harus dihentikan. Pertempuran harus dihentikan.”
BACA JUGA: Israel Perluas Ofensif di Gaza SelatanIsrael menuduh Hamas bersembunyi di dalam dan di bawah rumah sakit-rumah sakit serta daerah-daerah sipil lainnya dan mendorong warga sipil untuk mengabaikan peringatan Israel agar mengungsi sebelum serangan udara, praktis menggunakan mereka sebagai perisai manusia. Tuduhan itu dibantah Hamas.
Israel memulai kampanye militernya untuk mengakhiri pemerintahan Hamas di Gaza setelah para anggota Hamas memasuki Israel Selatan pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 240 orang.
Dalam ofensif militernya, Israel telah menewaskan sedikitnya 16.240 orang di Gaza, 70% dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas. [uh/ab]