Jumlah orang yang terbunuh atau terluka akibat bom tandan meningkat delapan kali lipat tahun lalu menjadi lebih dari 1.000 orang, sebagian besar disebabkan oleh penggunaan munisi tandan dalam perang di Ukraina, khususnya oleh Rusia, kata sebuah kelompok advokasi pada Selasa (5 September).
Dari 1.172 korban tahun lalu, 353 orang meninggal, menurut laporan kelompok advokasi Koalisi Munisi Tandan. Jumlah itu merupakan yang tertinggi sejak kelompok tersebut mulai menyusun laporan tahunannya 14 tahun lalu.
Editor Tim Riset Pengamat Dampak dari UNIDIR, Lembaga Riset Perluncutan Senjata PBB, Loren Persi mengatakan, “Jadi, dari 1.172 korban jiwa yang dicatat oleh pemantau munisi tandan pada tahun 2022, sebagian besar korban tersebut, hampir 1.000 orang, disebabkan oleh serangan munisi tandan, dan sebagian besar terjadi di Ukraina. Ini banyak sekali dan meresahkan.”
Direktur Advokasi Senjata Human Rights Watch, Mary Wareham, mengatakan,
“Sebagian besar serangan rudal dan artileri roket munisi tandan di Ukraina dalam tahun 2022 dan hingga tahun 2023 dilakukan oleh pasukan Rusia. Menurut saya, itu sebabnya banyak korban sipil. Namun, jelas bahwa pasukan Ukraina juga menggunakan munisi tandan, sehingga menyebabkan kerugian bagi warga sipil.”
Laporan kelompok advokasi itu mengatakan bahwa hampir semua korban adalah warga sipil dan tiga perempatnya adalah anak-anak yang sering bermain-main dengan bom yang tidak meledak.
Ukraina mengatakan Rusia “berulang kali” menggunakan munisi tandan, sementara Ukraina juga menggunakannya, namun “pada tingkat yang lebih rendah”. Laporan tersebut tidak memberikan rincian.
Laporan kelompok advokasi tersebut mencakup penggunaan tahun lalu, dan tidak termasuk penggunaan munisi tandan dari Amerika oleh Ukraina tahun ini, yang mulai diterima Kyiv pada bulan Juli. AS pada bulan Juli memutuskan mengirim ribuan peluru bom tandan 155 mm ke Ukraina.
Your browser doesn’t support HTML5
Baik Moskow maupun Kyiv membantah menarget warga sipil dalam perang yang dimulai dengan invasi Rusia pada Februari 2022, di mana pasukan Rusia telah menghancurkan beberapa kota di Ukraina.
Kedua negara tidak menandatangani konvensi munisi tandan tahun 2008 yang melarang penggunaan munisi tandan, begitu pula Amerika Serikat.
Ketika memutuskan untuk mengirim bom tandan ke Ukraina tahun ini, Washington mengatakan senjata-senjata tersebut memiliki kegunaan yang sah di medan perang melawan sasaran-sasaran militer, dan akan menyelamatkan nyawa jika senjata-senjata tersebut mempercepat berakhirnya perang. AS juga mengatakan munisi tandannya meninggalkan lebih sedikit bom yang tidak meledak dibandingkan bom yang digunakan oleh Rusia. [my/ka]