Mantan juru bicara Presiden Indonesia keempat Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Adhie M. Massardi, bersama sejumlah tokoh menginisiasikan pendirian Perkumpulan Swing Voters (PSV). Tokoh lainnya antara lain Pakar Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) Yenti Garnasih, Ahli hukum tata negara Refli Harun, dan tokoh PBNU Ahmad Bagdja.
Ketua PSV Adhie M Massardi mengatakan perkumpulan ini bertujuan untuk mencegah golput atau pemilih yang tidak menggunakan hak pilih dalam pemilihan presiden tahun depan. Catatan PSV menunjukkan jumlah golput terus meningkat, dari 7,3 persen pada pemilu 2009, menjadi 29,1 persen pada pemilu 2014. Salah satunya yaitu dengan membantu swing voters atau massa mengambang menentukan pilihan dengan tepat.
"Kami tidak ingin golput ini terus meninggi, karena itu kami akan memandu kelompok-kelompok swing voters agar menentukan pilihan secara cerdas. Nanti akan kita bahas mekanismenya bagaimana, misalnya kita akan beri panduan, kita evaluasi kampanye kedua belah pihak dan melibatkan ahli-ahli," jelas Adhie dalam jumpa pers di Jakarta, Minggu (21/10).
PSV Ajak Pakar Bantu Swing-Voters Tentukan Pilihan
Adhie menambahkan PSV nantinya akan menggandeng ahli-ahli dari berbagai universitas di Indonesia untuk membantu swing voters yang jumlahnya diperkirakan mencapai 30 persen pemilih. PSV nantinya juga akan memberikan rekomendasi pasangan calon yang layak dipilih oleh swing voters menjelang pemilihan. Ia mengklaim pembiayaan dan kegiatan PSV dilakukan secara mandiri, tanpa dukungan dari kedua calon presiden.
Your browser doesn’t support HTML5
Karakter Swing-Voters Sulit Dipengaruhi
Menanggapi ini, pendiri Lembaga Survei KedaiKOPI, Hendri Satrio memperkirakan jumlah swing voters yang dapat dipengaruhi oleh PSV hanya berkisar 5 persen, karena menurutnya karakter swing voters cukup sulit dipengaruhi oleh kelompok lain.
"Kalau memang berhasil mengarahkan, perkumpulan ini menjadi kunci pemenangan capres di 2019, kalau bisa. Ini susah juga, makanya saya ingin dengar, bagaimana kiat-kiat PSV ini mengarahkan para swing voters, yang sulit," jelas Hendri Satrio.
Menurut KedaiKOPI, jumlah swing voters saat ini berkisar 30 persen. Rinciannya 19,4 persen belum menentukan pilihan, 9,7 persen menjawab rahasia, dan 1,4 persen menjawab golput.
BACA JUGA: Tim Prabowo: Slogan 'Make Indonesia Great Again' dari "Indonesia Raya"Tidak Ada Pendukung Loyal dalam Pemilu
Sementara itu, pengamat politik Siti Zuhro menilai ada sejumlah hal yang menyebabkan besarnya jumlah swing voters di Indonesia. Salah satunya adalah tidak adanya garis politik yang jelas antara partai politik dan pemilihnya. Akibatnya partai politik tidak memiliki pendukung loyal saat pemilihan.
"Kedua saat memasuki rezim elektoral, panggung kampanye penuh sesak dengan timses. Ada lembaga survei dan konsultan politik dari seluruh kontestan. Sehingga udara politik terpolusi dari omong kosong dan janji-janji yang tak jelas ditepati. Ketiga, akibat hal itu banyak masyarakat yang swing voters," jelas Siti Zuhro.
Siti Zuhro memperkirakan kelompok swing voters berasal dari kelas atas dan menengah, serta kelompok usia muda. Menurutnya, kelompok atas dan menengah belum menentukan pilihan karena nama cawapres kedua pasangan calon. Sementara kelompok usia muda belum menentukan pilihan karena masih menjadi pemilih pemula. [ab/em]