Tahun lalu, Usha Salagame kehilangan sebagian rahang bawahnya karena kanker. Perlu sebelas jam operasi dan berbulan-bulan rehabilitasi bagi Salagame untuk membuat rahang bawahnya dapat berfungsi lagi.
Dalam kasusnya, dokter mengambil sepotong tulang dari bagian lain kerangka tubuhnya dan menyesuaikannya sebaik mungkin untuk rahang Salagame, memasangnya dengan pelat titanium.
Sekarang ini, Salagame masih menderita karena banyaknya komplikasi dan perawatan gigi yang masih terus berlangsung. "Kemampuan saya membuka mulut terbatas.Saya juga harus makan makanan dengan tekstur tertentu, makanan yang sangat lunak. Saya juga harus selalu ingat akan kesehatan mulut saya karena kami tidak ingin ada infeksi di tempat pelat titanium serta sekrupnya dan di sekitarnya,” jelasnya.
Teknologi baru kini sedang dikembangkan agar dapat memberi kepulihan penuh bagi pasien seperti Salagame. Inovasi belakangan ini tidak menggunakan tulang pasien sendiri. Alih-alih, menggunakan apa yang disebut “rekayasa jaringan tulang” atau “perancah” untuk menggantikan cacat tulang.
Perancah yang dicetak 3 dimensi dibuat dari material tertentu yang meniru persis tulang wajah. Ini didasarkan pada pemindai Computer Tomography (CT Scan), Citra Resonansi Magnetis (MRI) dan data lain dari pasien.
Para peneliti di Fakultas Teknik Kedirgantaraan, Mesin dan Mekatronika University of Sydney telah mengembangkan perangkat digital untuk membantu merencanakan operasi semacam itu.
Dengan teknologi simulasi yang sama yang digunakan untuk merancang pesawat ruang angkasa dan gedung-gedung pencakar langit yang tahan gempa, alat ini memodelkan kemampuan biomekanis implan.
Your browser doesn’t support HTML5
Mahasiswa tingkat doktoral Ben Ferguson dan supervisornya, profesor teknik biomedis Qing Li adalah otak di balik perangkat digital pertama untuk jenis ini. Ferguson menjelaskan, "Ini adalah alat perencana pembedahan yang digunakan untuk menginformasikan dan memandu seorang ahli bedah dalam merencakan prosedur rekonstruksi tulang yang kompleks. Jadi, alat ini menggunakan modeling komputer yang sangat terpercaya untuk dengan cepat mensimulasi banyak rancangan implan ulang yang berbeda-beda sebelum menghasilkan desain paling optimal yang akan disesuaikan sepenuhnya dengan pasien bersangkutan.”
Alat digital ini dapat memprediksi desain implan yang akan paling sesuai dengan masing-masing pasien. Alat ini bukan hanya merancang implan untuk setiap kasus tertentu, tetapi juga mengevaluasi bagaimana reaksi tubuh sang pasien terhadap implan.
Pusat kanker Chris O’Brien Lifehouse telah melakukan operasi terbanyak untuk kanker kepala dan leher yang rumit di Australia. Setiap tahun, pusat ini melakukan 100 operasi rekonstruktif semacam itu.
Profesor Johnathan Clark adalah ahli bedah di sana dan ia yang mengoperasi Salagame. Ia melihat teknologi Ferguson berpotensi membawa perubahan sangat signifikan dalam prosedur ini.
Clark bekerja sama erat dengan Ferguson dan Li dalam mengembangkan perangkat digital ini untuk membuatnya menjadi kenyataan. [uh/lt]