Para perawat Filipina yang bekerja di Amerika berniat pulang untuk menjadi tenaga medis sukarela di lokasi bencana.
HOUSTON, TEXAS —
Restoran Filipiniana di Houston, negara bagian Texas merupakan tempat berkumpul yang populer di kalangan orang Filipina dan banyak orang Amerika yang senang makanan negara itu.
Saat bisnis sedang melambat, manajer restoran Carlos Chavez dan kawan-kawannya mengamati laporan-laporan berita dari Filipina, termasuk bencana topan Haiyan.
"Hal ini tidak terbayangkan. Terkadang saya menangis dan sulit memikirkan apa yang sudah terjadi," ujar Chavez.
Restoran tersebut menjadi tuan rumah acara-acara penggalangan dana untuk membantu para penyintas yang kehilangan rumah-rumah mereka akibat topan Haiyan.
Penggalangan dana untuk para penyintas juga merupakan prioritas bagi Asosiasi Perawat Filipina di Amerika, salah satu organisasi warga Filipina terbesar di AS.
Hampir 200.000 orang Filipina bekerja sebagai perawat di rumah-rumah sakit dan klinik-klinik di seluruh Amerika. Mereka, dan banyak warga Amerika keturunan Filipina lainnya, melakukan apa yang mereka bisa untuk membantu penduduk Filipina yang diserang badai.
"Banyak orang yang tertarik bergabung dengan kami, dan banyak orang yang ingin menyumbang uang karena kami mencoba mendonasikannya ke Filipina untuk membantu mereka," ujar Pam Windle, wakil presiden regional dari organisasi perawat tersebut.
Organisasi ini menyelenggarakan kegiatan jalan kaki di taman dimana setiap peserta didanai oleh para donor.
Meski para penyelenggara tidak berasal dari daerah yang terdampak, beberapa, seperti Gina Shankar, memiliki teman-teman dekat di sana. Perlu waktu empat hari untuknya mengontak teman-temannya di Tacloban.
"Mereka baik-baik saja, tapi mereka sangat memerlukan makanan dan tempat itu dilanda kekacauan besar," ujar Shankar.
Dari perawat-perawat asing yang bekerja di fasilitas-fasilitas kesehatan di AS, hampir sepertiganya datang dari Filipina.
Pam Windle mengatakan mereka selalu memikirkan mereka yang membutuhkan bantuan di Filipina.
"Namun sulit untuk pulang ke rumah karena memerlukan 18-20 jam penerbangan dan sulit pergi ke provinsi tersebut kecuali ada bantuan dari pihak militer," ujarnya.
Ia mengatakan pada bulan-bulan mendatang, layanan dan petugas medis masih akan sangat dibutuhkan di daerah bencana dan banyak perawat Filipina yang berencana pulang sebagai tenaga sukarela.
Saat bisnis sedang melambat, manajer restoran Carlos Chavez dan kawan-kawannya mengamati laporan-laporan berita dari Filipina, termasuk bencana topan Haiyan.
"Hal ini tidak terbayangkan. Terkadang saya menangis dan sulit memikirkan apa yang sudah terjadi," ujar Chavez.
Restoran tersebut menjadi tuan rumah acara-acara penggalangan dana untuk membantu para penyintas yang kehilangan rumah-rumah mereka akibat topan Haiyan.
Penggalangan dana untuk para penyintas juga merupakan prioritas bagi Asosiasi Perawat Filipina di Amerika, salah satu organisasi warga Filipina terbesar di AS.
Hampir 200.000 orang Filipina bekerja sebagai perawat di rumah-rumah sakit dan klinik-klinik di seluruh Amerika. Mereka, dan banyak warga Amerika keturunan Filipina lainnya, melakukan apa yang mereka bisa untuk membantu penduduk Filipina yang diserang badai.
"Banyak orang yang tertarik bergabung dengan kami, dan banyak orang yang ingin menyumbang uang karena kami mencoba mendonasikannya ke Filipina untuk membantu mereka," ujar Pam Windle, wakil presiden regional dari organisasi perawat tersebut.
Organisasi ini menyelenggarakan kegiatan jalan kaki di taman dimana setiap peserta didanai oleh para donor.
Meski para penyelenggara tidak berasal dari daerah yang terdampak, beberapa, seperti Gina Shankar, memiliki teman-teman dekat di sana. Perlu waktu empat hari untuknya mengontak teman-temannya di Tacloban.
"Mereka baik-baik saja, tapi mereka sangat memerlukan makanan dan tempat itu dilanda kekacauan besar," ujar Shankar.
Dari perawat-perawat asing yang bekerja di fasilitas-fasilitas kesehatan di AS, hampir sepertiganya datang dari Filipina.
Pam Windle mengatakan mereka selalu memikirkan mereka yang membutuhkan bantuan di Filipina.
"Namun sulit untuk pulang ke rumah karena memerlukan 18-20 jam penerbangan dan sulit pergi ke provinsi tersebut kecuali ada bantuan dari pihak militer," ujarnya.
Ia mengatakan pada bulan-bulan mendatang, layanan dan petugas medis masih akan sangat dibutuhkan di daerah bencana dan banyak perawat Filipina yang berencana pulang sebagai tenaga sukarela.