Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) mengatakan penyebab utama kematian akibat overdosis di Amerika adalah opioid sintetis, kebanyakan fentanyl, yang kekuatannya mencapai 50 kali lebih besar daripada heroin. Aparat penegak hukum Amerika mengatakan fentanyl ilegal dibuat dengan murah dari bahan-bahan kimia yang sebagian besar berasal dari China, diperdagangkan melalui Meksiko, dan kemudian diselundupkan ke Amerika.
Wartawan VOA Natasha Mozgovaya melaporkan dari negara bagian Washington tentang bagaimana melepaskan diri dari kecanduan obat terlarang ini bisa merupakan upaya yang mesti dilakukan seumur hidup.
Mia Pridemore berusia 15 tahun ketika dia mulai menyalahgunakan obat resep. “Orang tua saya adalah pecandu narkoba, dan seluruh keluarga saya adalah pecandu narkoba, dan itu dianggap biasa. Begitulah, seperti bisa ditebak, dan sepertinya itu merupakan cara hidup saja.”
Pridemore mengatakan dia adalah pecandu metamfetamin sampai dia mulai mengisap fentanyl. “Fentanyl membuat orang seakan melayang, membuat orang tidak peduli dengan hal-hal lain selain dosis berikutnya. Anda tahu, saya punya mobil bagus, dan kami punya rumah, dan saya kehilangan semuanya karena yang saya pedulikan hanyalah dosis fentanyl berikutnya.”
Brad Finegood, penasihat kesehatan masyarakat di Seattle dan King County di negara bagian Washington, mengatakan fentanyl masuk dan keluar dari sistem tubuh manusia lebih cepat daripada obat lain dan memiliki daya adiksi yang lebih parah.
“Setelah beberapa saat, orang tidak menggunakan karena mereka ingin mabuk. Orang-orang menggunakan karena gejala adiksi sangat parah untuk menjaga diri agar tidak sakit. Jadi, karena waktu paruh itu sangat singkat, mereka harus menggunakan fentanyl lebih sering agar tidak sakit,” jelasnya.
Rasa sakit akibat berhenti mengonsumsi fentanyl membuat Thomas Carpino tidak berusaha mencari pengobatan. “Tubuh terasa sakit, otot, setiap tulang di tubuh sakit. Otot-otot kram, muntah-muntah. Pokoknya tidak dapat dijelaskan. Ini adalah perasaan terburuk di dunia,” komentarnya.
Dalam upaya mencari pengobatan jauh dari lingkungan adiktif mereka, Carpino dan Pridemore melakukan perjalanan 230 kilometer dari Yakima ke Auburn, masih di negara bagian Washington, di mana tim medis HealthPoint telah membantu lebih dari 800 orang yang kecanduan selama lima tahun terakhir.
Nathan Kittle mengatakan beralih ke perawatan rehabilitasi dari fentanyl lebih sulit daripada beralih dari jenis narkoba lain. “Dengan opioid lain sebelum fentanyl, peralihan itu bisa terjadi dengan mudah dalam sehari. Ada sedikit penderitaan dan sedikit ketidaknyamanan dari orang yang beralih. Tapi saya pikir upaya peralihan benar-benar menjadi lebih sulit karena beberapa sifat unik fentanyl yang bertahan di tubuh manusia," jelasnya.
Kittle mengatakan bahwa untuk sebagian pecandu, pemulihan akan menjadi pengobatan lanjutan seumur hidup, mirip dengan insulin untuk penderita diabetes. Pecandu lain, katanya, membuat pilihan yang berbeda.
“Ada orang yang bisa mengubah gaya hidup, bisa mengubah kebiasaannya, bisa mengubah orang-orang di sekitarnya, bisa mengubah lingkungan sekitar, dan mungkin obatnya manjur untuk satu atau dua tahun. Dan kemudian mereka bisa keluar dari cengkeraman fentanyl, karena kehidupan mereka telah membaik dengan pesat," imbuh Kittle.
Institut Nasional Penyalahgunaan Narkoba memperkirakan bahwa tingkat kekambuhan kecanduan opioid adalah antara 40 dan 60 persen. Baik Pridemore maupun Carpino mengatakan mereka merasa lega bisa terlepas dari ketergantungan pada fentanyl. Mereka juga berharap mendapatkan pekerjaan dan tetap bebas dari kecanduan. [lt/uh]