Uni Eropa mengatakan telah menghadapi “tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya” di perbatasannya tahun lalu, dengan peningkatan tajam pencari suaka yang tiba di pantai selatan Eropa dan jutaan warga Ukraina yang melarikan diri ke Eropa barat untuk menghindari invasi Rusia.
Sebanyak 330 ribu penyeberangan ilegal terdeteksi di perbatasan Uni Eropa pada tahun 2022, peningkatan tajam 64 persen dari tahun sebelumnya, menurut Frontex, Badan Penjaga Perbatasan dan Pantai Eropa. Angka itu tidak termasuk jutaan pengungsi Ukraina.
Hampir 50 persen migran gelap datang dari gabungan tiga negara: Suriah, Afghanistan, dan Tunisia. Banyak migran lainnya berasal dari Mesir, Bangladesh dan Nigeria.
Martin Hofmann dari Pusat Pengembangan Kebijakan Migrasi Internasional mengatakan, “Situasi keamanan dan situasi ekonomi di sebagian besar negara dan wilayah tersebut semakin memburuk selama tahun lalu.”
Rute Balkan Barat dan rute Mediterania Tengah ke Italia menyumbang sebagian besar kedatangan para migran tersebut.
Pemerintah Italia mengesahkan undang-undang suaka bulan ini, yang menurut badan amal seperti Doctors Without Borders (Dokter Tanpa Tapal Batas) mempersulit penyelamatan migran di laut dan membawa mereka ke darat.
Yunani juga bertindak semakin tidak bersahabat dengan organisasi-organisasi penyelamat migran. Sikap politik di negara itu telah mengeras dengan perang di Ukraina.
Tiga belas juta pengungsi Ukraina memasuki Uni Eropa sejak dimulainya invasi Rusia. Sekitar sepuluh juta orang dilaporkan telah kembali ke Ukraina.
KTT khusus yang bertujuan untuk menyepakati kebijakan bersama UE tentang migrasi akan diadakan bulan depan. Pengamat mengatakan bahwa mungkin tidak akan terjadi terobosan dalam KTT itu karena perpecahan yang sudah berlangsung lama di antara negara-negara anggota UE. [lt/ab]