Mantan Presiden Donald Trump menyatakan bahwa, jika terpilih ia tidak akan membela anggota NATO yang tidak ikut membayar belanja pertahanan, dan paket pendanaan militer asing terhenti di Kongres. Kedua kejadian ini mencerminkan sebuah perpecahan besar mengenai bagaimana dua kandidat presiden Amerika dan para pemilih mereka berpandangan mengenai peran Amerika di dunia.
Biden, yang hendak memperkuat koalisi melawan musuh sebagai prinsip utama kebijakan luar negerinya, menganjurkan lebih banyak kerja sama internasional secara keseluruhan. Trump, yang kemungkinan besar akan menjadi calon presiden dari Partai Republik, sekali lagi mendorong kebijakan isolasionisme (filsafat politik yang menentang keterlibatan dalam perang negara lain). Trump lebih menganjurkan “America First” yang mengutamakan perlindungan warga Amerika itu, menciptakan kecemasan di antara sekutu dan mitranya dalam masa jabatannya lalu.
Permasalahannya adalah bagaimana Washington akan memenuhi prinsip pertahanan kolektif berdasarkan Pasal 5 piagam NATO, yang mengharuskan negara-negara anggotanya untuk membantu satu sama lain jika terjadi serangan dari luar.
BACA JUGA: Putin: Rusia Lebih Memilih Biden untuk Memenangkan Pilpres ASDalam pidato kampanyenya pekan lalu, Trump sesumbar bahwa sebagai presiden, ia pernah memperingatkan pemimpin NATO bahwa ia akan membiarkan Rusia melakukan apa pun yang diinginkan negara-negara anggota aliansi yang “menunggak” untuk membayar 2% dari PDB mereka untuk anggaran militer NATO.
Pernyataan tersebut memicu kegelisahan di kalangan sekutu NATO ketika mereka mendukung perjuangan Ukraina melawan invasi Rusia dua tahun lalu, namun pernyataan itu diabaikan oleh para pendukung Trump yang menganggap itu hanya sebagai retorika kampanye.
Namun, dalam acara kampanye lain pada Rabu malam, Trump mengungkapkan kembali pendapatnya, dengan mengatakan, “Dengar, jika mereka tidak mau membayar, kami tidak akan memberikan perlindungan."
Trump telah lama mengeluh bahwa Washington dibebani dengan beban yang tidak adil dalam aliansi NATO yang beranggotakan 31 negara itu. Pada bulan-bulan menjelang pemilihannya tahun 2016, ia berulang kali mempertanyakan tujuan dan manfaat kehadiran NATO, dan menyebutnya sudah “ketinggalan zaman.” [ps/jm]