3.300 potongan gading ditemukan di Mong La di negara bagian Shan, sebelah timur laut Myanmar.
Sebuah tim ahli konservasi rahasia menemukan ribuan potongan gading yang dijual bebas di sebuah kota di Myanmar. Kota tersebut berada di perbatasan China, tempat permintaan yang tinggi untuk produk-produk satwa ilegal.
Tim rahasia tersebut termasuk para anggota organisasi konservasi TRAFFIC dan Oxford Brookes University. Tim itu menemukan 3.300 potongan gading – serta 50 gading gajah liar – di Mong La, negara bagian Shan, sebelah timur laut Myanmar.
Dr. Chris Shepherd, Direktur Regional TRAFFIC di Asia Tenggara mengatakan “Ada pasar satwa liar yang sangat besar dan penuh dengan berbagai spesies langka dan terancam punah dan ilegal – segala jenis mulai dari gajah sampai harimau, burung, satwa berkuku, semuanya. Gading, kami menemukan gading dalam jumlah yang mengejutkan -- jauh lebih banyak daripada yang pernah kami temukan sebelumnya di sana. Dulu kami pernah melihat dalam jumlah yang sedikit, tapi kami tidak menyangka menemukan sekian banyak gading.”
Survei di masa lalu menemukan banyak perubahan dalam perdagangan produk-produk satwa.
“Pasar tersebut mempunyai banyak jenis spesies yang dijual untuk dagingnya dan obat tradisional dan cinderamata, tapi tidak banyak. Banyak rusa yang dibawa ke pasar tersebut setiap hari untuk dijual dagingnya, musang, jenis kucing yang lebih kecil, berang-berang, satwa sejenis itu. Lalu cinderamata – beberapa kulit kucing dan tanduk dan cula berbagai macam spesies,” ujarnya.
Shepherd mengatakan sulit untuk mengetahui berapa banyak produk satwa ilegal yang berasal dari Afrika.
“Kami menemukan produk dari Afrika -- gigi kuda nil, contohnya. Jadi mungkin ada yang lainnya. Dan juga sejumlah gading. Mengerikan sekali kalau semua berasal dari gajah Asia mengingat kondisi gajah Asia saat ini.”
TRAFFIC akan melaporkan temuan tersebut ke pejabat pemerintah di Myanmar dan China. Kedua negara tersebut adalah anggota CITES – Konvensi Perdagangan Satwa Liar dan Flora Terancam Punah .
“Ada alat yang bisa digunakan untuk mengatasi pedagangan ini dan memastikan tidak bisa melewati perbatasan dan pada akhirnya akan menutup pasar," ujar Shepherd.
Dia menambahkan China telah melakukan lebih banyak tindakan dari negara lain dalam perdagangan gading ilegal. Namun, ia mengatakan masih banyak yang harus dilakukan untuk mencegah agar apa yang ditemukan di kota perbatasan Myanmar tidak terulang kembali.
Ia memberi contoh, “Kebutuhan untuk mengurangi permintaan gading di China. Kita harus membunuh pasar satwa liar, membunuh permintaan. Dan menurut saya itu adalah langkah yang luar biasa penting. Langkah lain adalah penegakan hukum di China, Myanmar dan kerjasama antara kedua negara. Dan menggunakan CITES sebagai sebuah alat, untuk berkolaborasi dan memanfaatkan alat ini dan menghentikan pasar lintas perbatasan ini.”
Minggu lalu, China secara terbuka menghancurkan enam ton gading yang disita di Guangdong.
Tim rahasia tersebut termasuk para anggota organisasi konservasi TRAFFIC dan Oxford Brookes University. Tim itu menemukan 3.300 potongan gading – serta 50 gading gajah liar – di Mong La, negara bagian Shan, sebelah timur laut Myanmar.
Dr. Chris Shepherd, Direktur Regional TRAFFIC di Asia Tenggara mengatakan “Ada pasar satwa liar yang sangat besar dan penuh dengan berbagai spesies langka dan terancam punah dan ilegal – segala jenis mulai dari gajah sampai harimau, burung, satwa berkuku, semuanya. Gading, kami menemukan gading dalam jumlah yang mengejutkan -- jauh lebih banyak daripada yang pernah kami temukan sebelumnya di sana. Dulu kami pernah melihat dalam jumlah yang sedikit, tapi kami tidak menyangka menemukan sekian banyak gading.”
Survei di masa lalu menemukan banyak perubahan dalam perdagangan produk-produk satwa.
“Pasar tersebut mempunyai banyak jenis spesies yang dijual untuk dagingnya dan obat tradisional dan cinderamata, tapi tidak banyak. Banyak rusa yang dibawa ke pasar tersebut setiap hari untuk dijual dagingnya, musang, jenis kucing yang lebih kecil, berang-berang, satwa sejenis itu. Lalu cinderamata – beberapa kulit kucing dan tanduk dan cula berbagai macam spesies,” ujarnya.
Shepherd mengatakan sulit untuk mengetahui berapa banyak produk satwa ilegal yang berasal dari Afrika.
“Kami menemukan produk dari Afrika -- gigi kuda nil, contohnya. Jadi mungkin ada yang lainnya. Dan juga sejumlah gading. Mengerikan sekali kalau semua berasal dari gajah Asia mengingat kondisi gajah Asia saat ini.”
TRAFFIC akan melaporkan temuan tersebut ke pejabat pemerintah di Myanmar dan China. Kedua negara tersebut adalah anggota CITES – Konvensi Perdagangan Satwa Liar dan Flora Terancam Punah .
“Ada alat yang bisa digunakan untuk mengatasi pedagangan ini dan memastikan tidak bisa melewati perbatasan dan pada akhirnya akan menutup pasar," ujar Shepherd.
Dia menambahkan China telah melakukan lebih banyak tindakan dari negara lain dalam perdagangan gading ilegal. Namun, ia mengatakan masih banyak yang harus dilakukan untuk mencegah agar apa yang ditemukan di kota perbatasan Myanmar tidak terulang kembali.
Ia memberi contoh, “Kebutuhan untuk mengurangi permintaan gading di China. Kita harus membunuh pasar satwa liar, membunuh permintaan. Dan menurut saya itu adalah langkah yang luar biasa penting. Langkah lain adalah penegakan hukum di China, Myanmar dan kerjasama antara kedua negara. Dan menggunakan CITES sebagai sebuah alat, untuk berkolaborasi dan memanfaatkan alat ini dan menghentikan pasar lintas perbatasan ini.”
Minggu lalu, China secara terbuka menghancurkan enam ton gading yang disita di Guangdong.