Perdana Menteri Australia Anthony Albanese tiba di Jakarta hari Minggu (5/6) untuk memulai kunjungan tiga hari ke Indonesia, setelah menyampaikan niatnya untuk memperdalam kerja sama antara kedua negara.
Kunjungan itu menjadi kunjungan bilateral pertamanya semenjak dilantik sebagai perdana menteri Australia ke-31 pada 23 Mei lalu.
Albanese, didampingi beberapa menteri kabinetnya, termasuk Menteri Luar Negeri Penny Wong, dijadwalkan untuk bertemu Presiden Joko Widodo hari Senin (6/6).
“Indonesia adalah salah satu tetangga terdekat kami. Itu sebabnya saya berkomitmen untuk berkunjung sesegera mungkin,” kata Albanese dalam siaran pers sebelum kunjungannya.
“Saya berharap dapat membangun hubungan yang lebih jauh, termasuk untuk merevitalisasi hubungan dagang dan mempromosikan kerja sama iklim, infrastruktur dan energi,” katanya.
BACA JUGA: Kabinet Baru Australia Terbentuk, Dua Muslim Jabat MenteriWong sebelumnya menyarankan agar pemerintahan baru Australia memberikan priotitas lebih besar pada kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia.
Scott Morison adalah perdana menteri Australia terakhir yang mengunjungi Indonesia pada tahun 2019.
Pemulihan Ekonomi pasca-COVID dan Kemitraan Ekonomi
Dalam konferensi pers hari Kamis (2/6), Direktur Asia Timur dan Pasifik Kementerian Luar Negeri RI Santo Darmosumarto mencatat bahwa sudah menjadi tradisi bagi perdana menteri Australia yang baru terpilih untuk memilih ekonomi terbesar di Asia Tenggara itu sebagai salah satu negara pertama yang akan dikunjunginya.
Darmosumarto mengatakan, diskusi kedua negara akan fokus pada pemulihan ekonomi pasca-COVID dan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia – perjanjian dagang yang diratifikasi pada 2020, yang belum sepenuhnya dilaksanakan akibat pandemi.
Para pemimpin kedua negara juga akan membahas G20, yang tahun ini diketuai Indonesia, katanya.
Pengamat mengatakan, hubungan Australi-Indonesia mudah berubah.
“Hubungan Australia-Indonesia terkadang bergejolak, seperti rollercoaster,” kata Teuku Rezasyah, pakar hubungan internasional Universitas Padjadjaran, kepada AFP hari Minggu (5/6).
Ia berpendapat, hubungan itu bisa terancam apabila Australia mendesak negara tetangganya itu untuk berada pada kubu yang sama atau “memaksa Indonesia menjadi bagian dari AUKUS,” merujuk pada paksa keamanan antara Australia, Inggris dan AS. Indonesia adalah satu dari beberapa negara Asia yang menunjukkan kekhawatiran mereka terkait pakta AUKUS, di mana Menlu Retno Marsudi sempat memperingatkan bahwa kesepakatan itu dapat memicu perlombaan senjata nuklir di kawasan.
Australia juga menjadi bagian dari Quad, aliansi yang dirancang untuk melawan pengaruh dan dominasi Tiongkok di kawasan Asia-Pasifik.
Meski demikian, Indonesia lebih memilih berada pada posisi nonblok ketika menyangkut persaingan negara-negara adidaya.
Pada tahun 2018-2019, total perdagangan antara Australia dan Indonesia senilai $12,3 miliar (sekitar Rp177,5 triliun). [rd/em]