Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki pada Selasa (23/11) mengatakan upaya diplomasi dengan Turki, negara-negara Timur Tengah dan pihak lainnya telah membantu meredakan situasi di perbatasan Polandia dengan Belarus, namun dia mengatakan terdapat sejumlah tanda-tanda yang menunjukkan bahwa krisis di perbatasan “tidak akan berakhir dengan cepat.”
Selama berminggu-minggu, Polandia dan Uni Eropa menuduh pemerintahan Presiden Belarus Alexander Lukashenko menggunakan para migran sebagai senjata dengan mengundang mereka untuk memasuki Belarus dan membawa mereka ke perbatasan Polandia, terkadang dengan pemaksaan. Sebagian besar migran tersebut berasal dari Afrika, Timur Tengah dan Afghanistan.
BACA JUGA: Tunisia Cegat Lebih dari 200 Migran yang Bergerak Menuju Pantai ItaliaPara pemimpin Polandia dan Uni Eropa percaya tindakan itu merupakan pembalasan oleh Lukashenko atas sanksi yang dijatuhkan oleh blok tersebut terhadap Belarus karena pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi setelah pemilihan presiden di negara itu tahun lalu. Belarus telah membantah tuduhan itu.
Tetapi Morawiecki, yang berbicara di Hungaria setelah melangsungkan pertemuan dengan tiga pemimpin negara Eropa tengah, mengatakan bahwa diskusi yang dilakukannya dengan para pemimpin Turki, Timur Tengah dan Uzbekistan telah mengurangi jumlah migran di perbatasan Polandia-Belarus.
BACA JUGA: Sekjen NATO: Situasi di Perbatasan Belarus-Polandia 'Sangat Memprihatinkan'Perdana menteri Polandia itu mengatakan jumlah migran kini “jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah migran yang datang sekitar satu bulan yang lalu, atau dua, tiga minggu lalu. Hal ini sangat penting karena ini adalah langkah pertama untuk menangani krisis yang dimulai oleh Belarus.”
Morawiecki berada di Hongaria untuk pertemuan dengan Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban dan Perdana Menteri Ceko Andrej Babis, bersama dengan Slovakia, mewakili empat negara Kuartet Eropa tengah. [lt/em]