Perdana Menteri Prancis Gabriel Attal, pada Jumat (12/7), mengatakan dirinya berharap dapat mencegah terbentuknya pemerintahan ekstrem sayap kanan maupun ekstrem sayap kiri menyusul hasil pemilu Prancis yang gantung.
Para partai politik tengah berebut untuk mengajukan kandidat perdana menteri yang baru dan sebuah Majelis Nasional yang dapat berfungsi setelah pemilu pada hari Minggu (7/7) lalu berlangsung.
Sebuah koalisi yang luas yang terdiri dari kubu sosialis, komunis, dan Partai Hijau serta kelompok sayap kiri ekstrem France Unbowed (LFI), meraih kemenangan dalam pemilu dengan mengamankan 193 kursi dari 577 kursi di majelis rendah.
Para pemilih dari berbagai kubu memutuskan bergabung dalam pemilu Prancis putaran kedua untuk menggagalkan laju partai sayap kanan ekstrem, National Rally (RN). Kondisi tersebut membuat aliansi sentris pimpinan Presiden Emmanuel Macron meraih posisi kedua dalam pemilu dengan mengamankan 164 kursi, sementara kubu sayap kanan ekstrem harus puas berada di posisi ketiga dengan 143 kursi.
Macron telah menolak permintaan LFI yang meminta bahwa mereka haruslah menjadi kubu yang membentuk pemerintahan Prancis yang baru.
Sang presiden pada minggu ini tampaknya meenghapus peran LFI, yang menjadi pemain terbesar dalam aliansi sayap kiri New Popular Front (NFP), maupun peran RN dalam pembentukan koalisi baru.
BACA JUGA: Presiden Prancis Berupaya Pecahkan Kebuntuan Politik NegaranyaAttal sendiri menggaungkan sikap yang diambil Macron, dengan mengatakan bahwa ia "akan berupaya mencegah pembentukan pemerintahan" yang mengikutsertakan perwakilan RN ataupun LFI.
Dalam dokumen yang menguraikan upayanya untuk memimpin kubu "Renaisans" di parlemen, Attal menyadari bahwa kubu tersebut "hampir kehilangan suara seluruhnya" dalam pemilu lalu. Kubu Renaisans merupakan aliansi pimpinan Macron.
Sebagai ketua partai, Attal mengatakan ia akan "mengganti metode dan organisasi kita secara keseluruhan."
Pada Jumat, Attal tampaknya menjadi satu-satunya kandidat yang akan mengambil kepemimpinan kubu Renaisans di parlemen. Ia mengatakan dirinya berharap agar bisa "berkontribusi terhadap kemunculan sejumlah proyek dan ide penting" dalam parlemen selanjutnya.
Para deputi Renaisans akan memilih ketua baru mereka pada Sabtu (13/7). Jika terpilih, Attal mengatakan ia akan mengubah nama koalisi menjadi "Bersama untuk Republik."
Macron akan menunjuk perdana menteri selanjutnya, yang harus mendapatkan mosi percaya di parlemen.
Menurut para analis politik, pemerintahan Prancis saat ini tampaknya akan bertahan hingga Olimpade Paris, yang dimulai pada 26 Juli, berakhir. [rs]