Sebuah pameran besar yang baru di jantung kota Washington, DC untuk merayakan pencapaian artistik (seni) perempuan asli Amerika memeragakan lebih dari 80 karya seni. Pameran berjudul, "Hearts of Our People: Native Women Artists" adalah pameran pertama dari seni penduduk asli, kata Anya Montiel, kurator seni dan kerajinan penduduk asli perempuan Amerika di Galeri Renwick, museum Smithsonian American Art.
“Ada pameran lain pada masa lalu yang hanya menampilkan seniman penduduk asli perempuan, tetapi pameran itu cenderung menampilkan seni kontemporer. Jadi kurator acara ini ingin memastikan bahwa pameran ini cukup menyeluruh dari segi jangka waktu yang diliputnya, termasuk banyak media-media artistik yang berbeda," kata Anya Montiel.
Media-media itu seperti lukisan, tekstil dan patung hingga keranjang dan bahkan karya seni yang bisa dikenakan.
Pameran ini mencakup tiga tema sentral; "Warisan", "Hubungan", dan "Kekuatan".
“Warisan budaya ini membeberkan sebuah spektrum waktu. Banyak seniman mempelajari tradisi-tradisi ini dari leluhur mereka," kata Anya Montiel.
Dihiasi dengan gigi rusa hasil buruan, diperlukan waktu bertahun-tahun untuk mengumpulkan cukup banyak gigi rusa ini untuk menghiasi satu gaun.
"Jadi kami mempunyai gaun yang dijahit oleh para perempuan di dalam keluarga, tetapi dengan hiasan indah yang benar-benar menunjukkan warisan seluruh keluarga," kata Anya Montiel.
BACA JUGA: Kiprah Perempuan AS dalam Bidang TeknologiTema hubungan ini mewakili hubungan antara manusia dan bumi.
“Yang ini disebut Kebijaksanaan Alam Semesta oleh Christi Belcourt. Dan itu terlihat seperti manik-manik tetapi sebenarnya semua lukisan akrilik.” “Dan kalau diamati lebih dekat, gambar serangga, burung, dan tanaman sebenarnya adalah spesies yang terancam punah. Dan itu benar-benar menyadarkan kita, apa yang seharusnya kita lakukan," kata Anya Montiel.
Tema kekuasaan tercermin pada wewenang perempuan pribumi di negara mereka.
"Khusus untuk Muscogee Creek, menganut adat matrilineal. Perempuanlah yang membuat keputusan, terutama tentang apakah mereka akan berperang atau tidak," katanya.
Para pengunjung pameran itu menanggapinya dengan penuh perasaan.
"Karya terakhir yang baru saja saya lihat ada bekas luka di bahu wanita sampai di pinggulnya, dan trauma yang diderita oleh budaya ini yang diperlihatkan lewat cedera salah satu anggotanya berdampak sangat kuat," kata Trina Bray, salah seorang pengunjung.
“Lukisan gadis dengan bekas luka di punggung itu sangat bermakna. Saya ingin menangis ketika melihatnya," tambah pengunjung lainnya, Ivalia Flores.
Itulah inti dari pameran ini ... memperlihatkan kepada pengunjung berbagai karya seni yang diciptakan oleh perempuan penduduk asli Amerika yang mungkin tidak pernah diberi pengakuan yang sepantasnya mereka peroleh.
"Pameran ini memuat begitu banyak kesaksian dari para perempuan yang mengatakan bahwa terlepas dari semua yang terjadi pada perempuan penduduk asli, budaya dan tradisi masih sangat kental," kata Anya Montiel.
Pameran keliling ini dipamerkan di Washington selama dua bulan. [ps/jm]