Perempuan Cacat Suriah: “Kami Tidak Terlihat”

ARSIP - Nujeen Mustafa, seorang pengungsi Suriah, berpose setalah sebuah acara amal Natal bertajuk “Impian Nujeen” di stadion Camp Nou, Barcelona, Spanyol, 14 Desember 2017 (foto: Reuters/Albert Gea)

Seorang pengungsi muda Suriah penderita cerebral palsy dan menggunakan kursi roda mengatakan kepada para diplomat PBB pada hari Rabu bahwa orang-orang seperti dirinya "tidak terlihat" dalam konflik dan mengatakan kebutuhan mereka tidak boleh diabaikan.

"Tinggal di sebuah negara yang berperang adalah hal yang menakutkan bagi siapa pun, khususnya sangat menantang bagi orang-orang cacat," kata Nujeen Mustafa, 20, dari Kobani di Aleppo kepada Dewan Keamanan. Ini merupakan yang pertama kali dewan mendapat masukan dari seorang penyandang cacat mengenai masalah ini.

Mustafa mengatakan kehidupan di Suriah sebelum perang dimulai pada 2011 tidak mudah bagi para penyandang cacat.

"Bagi saya, itu berarti tidak bisa ke sekolah, bergaul dengan teman-teman atau pergi ke bioskop. Hampir seperti tahanan rumah," kata Mustafa dalam bahasa Inggris yang sempurna. "Menyandang cacat di Suriah sering berarti kita disembunyikan. Menghadapi rasa malu, diskriminasi dan hambatan fisik. Menjadi orang yang dikasihani."

Nujeen Mustafa mengatakan ia beruntung karena memiliki keluarga yang penuh kasih dan mendukung. [my]