Sebagian perempuan Palestina berbicara dalam bahasa Ibrani (Yahudi) dengan cukup fasih yang bisa digunakan untuk bekerja. Kini sebuah program baru bertujuan mengubah mereka menjadi peternak lebah, dengan sarang-sarang lebah di atap-atap rumah mereka. Para perempuan itu mengatakan, mereka mendapat kemandirian dan keterampilan baru.
Noor Afghani memperoleh sarang lebahnya tiga bulan lalu, setelah menyelesaikan kursus memelihara lebah yang dikelola oleh Sinsila, sebuah organisasi Palestina yang berpusat di Yerusalem Timur. Ia berharap dapat memanen madu pertamanya dalam beberapa minggu.
“Memelihara lebah adalah sesuatu yang tidak biasa, memiliki lebah di rumah, di atap rumah Anda. Sesuatu yang lebih seperti peduli tentang alam. Lebah-lebah ini seperti keluarga saya. Lebah-lebah ini sangat jinak. Saya belajar bagaimana merawat dan memelihara lebah, dan itu seperti mempunyai hewan peliharaan di rumah," katanya.
Orang di balik proyek lebah itu adalah CEO Sinsila Tariq Nassar, yang bertujuan untuk meningkatkan usaha yang keberlanjutan di antara orang-orang Palestina.
“Di sini kami mencoba mengubah kenyataan di lapangan, di Yerusalem dan kami mencoba memberdayakan perempuan secara sosial dan ekonomi melalui lebah, madu, dan uang. Dan secara tidak langsung kami mempunyai atap hijau di rumah-rumah mereka," katanya.
Nassar mengatakan, pada akhir tahun depan Sinsila telah melatih lebih dari 500 perempuan Palestina sebagai peternak lebah di Yerusalem Timur. Di sini tingkat pengangguran di kalangan perempuan mencapai 80%. Para ibu bekerja sama untuk mengemas madu dan menjualnya di koperasi. Seperempat dari harga jual diberikan ke Sinsila.
Bagi para perempuan yang terlibat dalam program itu, memiliki kesempatan untuk bekerja dan memperoleh uang untuk pertama kalinya telah membuka dunia baru bagi mereka.
BACA JUGA: Orang-orang Palestina Protes Kurikulum Pendidikan Israel“Kami belajar banyak tentang lebah, bagaimana lebah-lebah itu hidup, membawa serbuk bunga, dan membuat madu. Ini seperti dunia baru yang tidak saya ketahui sama sekali," ujar seorang keturunan Palestina Yerusalem, Fatena al-Ayoub.
Para perempuan diajarkan untuk tetap tenang dan bergerak perlahan di sekitar sarang lebah, agar tidak mengganggu lebah. Ini adalah keterampilan yang juga berguna untuk mengarungi kehidupan di Yerusalem dengan ketegangan antara orang Yahudi Israel dan Arab Palestina.
Sinsila berharap, proyek lebahnya akan mendorong lebih banyak orang menempatkan sarang lebah di atap atau taman mereka, sehingga
menciptakan lebih banyak ruang hijau di lingkungan perkotaan dan bahkan mendukung untuk memecahkan masalah dunia mengenai kepunahan lebah. [ps/lt]