Arab Saudi memiliki sumber daya yang belum tersentuh selain minyak bumi yakni perempuan, yang sangat lambat dalam merebut kemerdekaan di tengah masyarakat yang didominasi laki-laki, agama dan bensin.
Kerajaan Saudi dapat meningkatkan perekonomiannya dengan membantu lebih banyak perempuan masuk ke angkatan kerja, sama halnya jika negara itu dapat dengan segera dan secara terus menerus mendongkrak harga minyak mentah beberapa dolar.
Dari 144 negara, hanya Iran, Yaman dan Suriah yang ada di bawah Saudi dalam peringkat kesetaraan gender Forum Ekonomi Dunia. Wakil Putra Mahkota Mohammed bin Salman, seorang reformis, ingin memperbaiki situasi dan meningkatkan tingkat partisipasi perempuan di pasar lapangan pekerjaan sebanyak seperempatnya, menjadi 30 persen. Bahkan itu saja akan menjadi tantangan yang besar.
Meskipun setengah dari semua lulusan universitas adalah perempuan, peluang ekonomi mereka dibatasi sejumlah aturan legal, termasuk segregasi gender dan larangan mengemudi. Dewan penasihat yang berpengaruh di negara itu telah menolak mencabut larangan tersebut.
Adat istiadat sosial juga memainkan peranan. Di bawah undang-undang syariah, laki-laki Saudi diperbolehkan memiliki empat istri jika mereka dapat memberikan keamanan finansial, yang berarti bahwa perempuan tidak perlu bekerja. Mereka yang bekerja sebagian besar dipekerjakan di sektor publik, sementara sektor swasta lebih cenderung mempekerjakan tenaga asing untuk mengisi posisi-posisi kerah putih.
Penghapusan kesenjangan gender memberikan manfaat-manfaat ekonomi yang nyata. Saudi dapat mendongkrak produk domestik brutonya sedikitnya US$52 miliar pada 2025 jika negara itu dapat mencapai keseimbangan gender seperti negara-negara dengan peringkat teratas, menurut sebuah laporan dari McKinsey Global Institute.
Angka ini setara dengan pendapatan pada periode yang sama jika ada peningkatan harga minyak mentah segera dan berlangsung lama sebanyak $2 dari harga saat ini yang hampir mencapai $45, menurut perhitungan Reuters.
Perubahan sosial yang besar kemungkinan besar tidak akan terjadi. Namun ada tanda-tanda bahwa beberapa pembatasan oleh polisi syariah Mutawa diperlonggar atau semakin diabaikan. Sebagai contoh, semakin banyak perempuan yang sekarang melawan aturan dengan membuka hijab mereka di publik, pemandangan yang langka 10 tahun lalu.
Selalu ada risiko penentangan dari kelompok konservatif religius. Namun memberikan perempuan lebih banyak kebebasan mungkin cara yang lebih baik bagi Saudi untuk mengontrol perekonomiannya dibandingkan mencoba mempengaruhi harga minyak. [hd]