Peretas Curi Data Sensitif dari Raksasa Telekomunikasi Taiwan

Logo Chunghwa Telecom pada Konferensi Komunikasi Global IEEE di Taipei. Taiwan, 9 Desember 2020. (Foto: REUTERS/Ann Wang)

Peretas mencuri "informasi sensitif" termasuk dokumen militer dan pemerintah dari perusahaan telekomunikasi terbesar Taiwan dan menjualnya di web gelap, kata Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan.

Konfirmasi kebocoran data besar terbaru di pulau berpemerintahan sendiri ini disampaikan menyusul laporan saluran berita lokal TVBS tentang peretasan yang dialami raksasa telekomunikasi Chunghwa Telecom. Laporan tersebut menampilkan tangkapan layar sebuah postingan di medsos di mana peretas mengumumkan bahwa mereka "menjual data Chunghwa Telecom sebesar 1,7 TeraBytes" yang mencakup informasi kontrak-kontrak pemerintah.

“Analisis awal dari kasus ini adalah peretas memperoleh informasi sensitif Chunghwa Telecom dan menjualnya di web gelap, termasuk dokumen dari angkatan bersenjata, kementerian luar negeri, garda pantai, dan unit lainnya,” kata kementerian pertahanan melalui sebuah pernyataan yang dikirim ke kantor berita AFP pada Jumat (1/3).

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen saat upacara peluncuran jaringan 5G Chunghwa Telecom di Taipei, Taiwan, 30 Juni 2020. (Foto: REUTERS/Ann Wang)

Taiwan adalah salah satu target utama serangan keamanan siber di dunia, menurut sejumlah pakar data digital. Beberapa pihak berpendapat bahwa taktik peretasan yang digunakan terhadap infrastruktur Taiwan memiliki ciri-ciri kelompok yang disponsori China.

China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan tidak pernah berhenti menggunakan kekuatan untuk menguasai Taiwan.

Kementerian Pertahanan Taiwan menambahkan bahwa kontrak-kontrak angkatan udara yang termasuk dalam kebocoran Chunghwa adalah "bukan informasi rahasia, sehingga (tidak ada) kebocoran informasi". Korespondensi antara departemen angkatan laut dan Chunghwa juga tidak berisi informasi rahasia, kata kementerian tersebut. “Kami telah meminta kontraktor yang terlibat untuk memperkuat kontrol keamanan informasinya untuk mencegah insiden lebih lanjut,” katanya.

Baik pernyataan kementerian maupun laporan TVBS tidak mengidentifikasi para peretas atau menyebutkan di mana mereka berada.

Kementerian Luar Negeri Taiwan menolak mengomentari kebocoran tersebut.

BACA JUGA: Perusahaan Keamanan: Terduga Peretas China Bobol Ratusan Jaringan Publik, Pribadi

Chunghwa, sebuah perusahaan publik, mengumumkan dalam sebuah pernyataan kepada bursa saham Taiwan pada Kamis (29/2) bahwa mereka telah "melakukan penyelidikan untuk mengklarifikasi penyebab dugaan insiden tersebut". “Saat ini, tidak ada dampak signifikan terhadap operasional perusahaan,” katanya mengacu pada potensi kerugian akibat pencurian data.

Pejabat pemerintah mengatakan bahwa ancaman dunia maya yang terus-menerus adalah bentuk “pelecehan zona abu-abu” yang dilakukan oleh China hampir setiap hari, termasuk menerbangkan pesawat tempur di sekitar pulau tersebut dan mengirim kapal ke perairan sekitarnya.

Meskipun tidak melakukan tindakan perang yang jelas, taktik ini cukup membuat militer Taiwan dan badan keamanan digital tetap sibuk, kata para ahli.

Tahun lalu, Microsoft memperingatkan adanya ancaman dari kelompok yang berbasis di China bernama Flax Typhoon yang menarget Taiwan. Raksasa teknologi AS tersebut mengatakan Flax Typhoon bermaksud "melakukan spionase dan mempertahankan akses" ke berbagai organisasi Taiwan selama mungkin. [ab/ka]