PERKEMBANGAN TERBARU:
* Pasukan Pertahanan Israel menyerang Rumah Sakit Al Shifa di Gaza pada Rabu (15/11) untuk memburu militan Hamas.
* Menteri Kesehatan Otoritas Palestina mengatakan serangan Israel terhadap Shifa merupakan “kejahatan baru terhadap kemanusiaan.”
* Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan kepada wartawan bahwa Hamas dan anggota Jihad Islam Palestina mengoperasikan pusat komando dan kontrol dari rumah sakit dan menggunakan terowongan di bawahnya untuk mendukung operasi militer mereka dan menyandera.
* Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Selasa (14/11) mengatakan bahwa dia “sangat terganggu dengan situasi yang mengerikan dan hilangnya nyawa secara dramatis di beberapa rumah sakit di Gaza.”
* Presiden AS Joe Biden mengatakan ia yakin sandera Hamas akan dibebaskan tetapi tidak memberikan jadwal pastinya.
* Jumlah korban tewas terbaru: 1.200 orang di Israel selama serangan Hamas tanggal 7 Oktober, dan menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, 11.000 orang di Gaza, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
______________
Tentara Israel menyerbu Rumah Sakit Al Shifa di Gaza pada Rabu (15/11) pagi waktu setempat untuk mencari militan Hamas setelah memberikan peringatan beberapa menit kepada pejabat Kementerian Kesehatan.
“Berdasarkan informasi intelijen dan kebutuhan operasional, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melakukan operasi yang tepat dan tepat sasaran terhadap Hamas di area tertentu di rumah sakit Shifa,” kata IDF dalam sebuah pernyataan. Mereka mendesak semua pejuang Hamas untuk menyerah.
IDF mengatakan pasukannya terdiri dari “tim medis dan penutur bahasa Arab, yang telah menjalani pelatihan khusus untuk mempersiapkan diri menghadapi lingkungan yang kompleks dan sensitif ini, dengan tujuan agar tidak ada korban yang ditimbulkan pada warga sipil.”
Militer juga mengatakan telah mengirimkan inkubator, makanan bayi, dan pasokan medis ke rumah sakit yang menjadi sasaran konflik itu.
BACA JUGA: Dunia Kutuk Serangan Israel ke RS Al Shifa di GazaSetelah menggeledah kompleks medis, Israel mengatakan mereka menemukan senjata, materi intelijen, dan peralatan komunikasi milik Hamas. Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan militer Israel tidak menemukan senjata apa pun.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam sebuah pernyataan, mengatakan “Tidak ada tempat di Gaza yang tidak dapat kami jangkau. Tidak ada tempat persembunyian. Tidak ada tempat berlindung atau perlindungan bagi Hamas, para pembunuh.”
“Kami akan mencapai dan melenyapkan Hamas dan kami akan memulangkan para sandera,” kata pemimpin Israel tersebut. “Ini adalah dua misi suci.”
Munir al-Boursh, seorang pejabat senior di Kementerian Kesehatan Gaza, mengatakan pasukan Israel menggeledah ruang bawah tanah dan bangunan lain di Shifa, termasuk area yang menampung departemen darurat dan bedah.
“Mereka masih di sini,” katanya melalui telepon dari dalam rumah sakit, beberapa jam setelah penyerbuan dimulai. "Pasien, perempuan dan anak-anak ketakutan."
Mustahil untuk menilai situasi di dalam terowongan secara independen.
Sebelumnya, Amerika Serikat mendukung klaim Israel bahwa Hamas – yang AS tetapkan sebagai kelompok teror – menggunakan sejumlah rumah sakit sebagai perlindungan bagi para kombatannya. Israel mengatakan Rumah Sakit Al Shifa secara khusus memiliki pusat komando di bawahnya.
Israel belum memberikan foto atau video untuk mendukung klaimnya mengenai militan Hamas di Shifa, meskipun Israel telah membagikan rekaman militan yang beroperasi di lingkungan perumahan dan menempatkan roket dan senjata di dekat sekolah dan masjid.
Hamas dan pihak rumah sakit itu telah membantah tuduhan tersebut.
Kelompok militan tersebut dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa pemerintahan Presiden AS Joe Biden pada dasarnya memberikan “lampu hijau” kepada IDF untuk melakukan serangan tersebut dan mengatakan Biden akan “bertanggung jawab penuh” atas hasil operasi itu.
Gedung Putih menolak klaim Hamas. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan kepada wartawan, "Kami tidak mengizinkan operasi militer mereka (IDF.red) di sekitar rumah sakit."
Hamas mengatakan sekitar 650 pasien dan 5.000-7.000 warga sipil Palestina telah berlindung di halaman rumah sakit.
Setelah penggerebekan rumah sakit itu, Biden berbicara dengan Netanyahu tentang perkembangan terkini perang tersebut. Gedung Putih mengatakan mereka membahas panjang lebar upaya yang sedang berlangsung untuk menjamin pembebasan sandera, termasuk sembilan warga AS dan seorang warga negara asing yang memiliki hak bekerja di AS.
Biden, pada Selasa, mengatakan ia yakin sandera yang ditahan oleh militan Hamas di Gaza akan dibebaskan tetapi tidak memberikan jadwalnya. Ia mengirimkan pesan kepada sekitar 240 sandera yang ditahan: “Bertahanlah. Kami datang."
Seruan gencatan senjata
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan serangan Israel terhadap Rumah Sakit Al Shifa “sama sekali tidak dapat diterima.”
“Rumah sakit bukanlah medan pertempuran,” katanya pada Rabu.
Kepala Kemanusiaan PBB Martin Griffiths mengeluarkan pernyataan yang mengatakan, “Ketika pembantaian di Gaza mencapai tingkat kengerian baru setiap hari, dunia terus menyaksikan dengan kaget ketika rumah sakit diserang, bayi prematur meninggal, dan seluruh penduduk kehilangan akses terhadap layanan kesehatan, sarana dasar untuk bertahan hidup. Hal ini tidak bisa dibiarkan terus berlanjut.”
Ia mendesak pihak-pihak yang bertikai untuk “menghormati hukum kemanusiaan internasional, menyetujui gencatan senjata kemanusiaan dan menghentikan pertempuran.”
Rumah sakit harus dilindungi
Pada Selasa, Biden mengatakan rumah sakit di Gaza “harus dilindungi” karena pasukan Israel terus menarget fasilitas kesehatan di daerah kantong Palestina atas klaim bahwa Hamas menggunakannya sebagai kedok untuk menyembunyikan pusat komando dan persenjataannya.
Kirby mengatakan kepada wartawan bahwa Hamas dan militan Jihad Islam Palestina mengoperasikan pusat komando dan kontrol dari Al Shifa dan menggunakan terowongan di bawahnya untuk mendukung operasi militer mereka dan menyandera. Ia mengatakan para militan telah menyimpan senjata di sana dan siap untuk menanggapi operasi militer Israel terhadap fasilitas tersebut.
“Untuk lebih jelasnya, kami tidak mendukung serangan udara terhadap rumah sakit, dan kami tidak ingin melihat baku tembak di rumah sakit di mana orang-orang yang tidak bersalah, orang-orang yang tidak berdaya, orang-orang sakit hanya berusaha untuk mendapatkan perawatan medis yang layak mereka dapatkan, agar tidak terjebak dalam baku tembak,” kata Kirby, seraya menambahkan bahwa tindakan Hamas “tidak mengurangi tanggung jawab Israel untuk melindungi warga sipil di Gaza.”
Korban tewas
Pihak berwenang Palestina di Gaza mengatakan lebih dari 11.000 orang – sekitar 40% di antaranya adalah anak-anak – telah terbunuh sejak Israel melancarkan serangan besar-besaran melalui udara dan darat sebagai respons terhadap serangan militan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan yang menewaskan 1.200 orang. Sekitar 240 orang diculik dan saat ini disandera oleh Hamas di Gaza.
Kantor kemanusiaan PBB, pada Selasa, mengatakan bahwa lebih dari dua pertiga penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta jiwa telah meninggalkan rumah mereka sejak perang dimulai.
BACA JUGA: Semakin Banyak Pasien Meninggal di RS Gaza , WHO Tegaskan Urgensi Gencatan SenjataMiliter Israel mengatakan telah menyita beberapa fasilitas pemerintah di Kota Gaza, termasuk gedung legislatif di wilayah tersebut, markas polisi Hamas dan sebuah kompleks yang menampung markas intelijen militer Hamas.
“Di setiap lokasi, pasukan musuh dilenyapkan, lokasi tersebut dihancurkan,” kata seorang komandan Israel.
Ketika serangan militernya semakin meningkat, Israel menolak tekanan internasional yang semakin besar untuk memberlakukan gencatan senjata guna memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan ke Gaza. Namun, pihaknya telah menyetujui jeda kemanusiaan selama empat jam setiap hari untuk memungkinkan pembukaan dua koridor yang memungkinkan warga Palestina meninggalkan wilayah Gaza utara.
Penasehat Keamanan Nasional John Kirby pada Selasa dari NSC mengatakan bahwa dalam 24 jam terakhir, sekitar 115 truk lagi yang membawa bantuan kemanusiaan dapat memasuki Gaza, sehingga jumlah total truk menjadi 1.100. [my/lt]
Koresponden VOA Margaret Besheer dan Kepala Biro Gedung Putih VOA Patsy Widakuswara berkontribusi pada laporan ini. Sejumlah informasi dalam laporan ini juga diambil dari The Associated Press, Reuters dan Agence France-Presse.