Pemimpin China Xi Jinping pada Rabu (7/12) tiba di Arab Saudi untuk menghadiri pertemuan dengan para pemimpin negara-negara Teluk Arab yang kaya minyak dan penting bagi pasokan energi negaranya, ketika China mencoba menghidupkan kembali ekonomi yang terpukul oleh langkah-langkah ketat virus corona.
Bendera Arab Saudi dan China berkibar di Ibu Kota Riyadh pada Rabu. Sementara ketika Xi tiba, beberapa pesawat terbang menyambut untuk menghormatinya.
Negara-negara Teluk Arab berupaya mengkalibrasi ulang kebijakan luar negeri mereka saat Amerika mengalihkan perhatiannya ke negara lain di dunia.
Perang Rusia di Ukraina dan sikap keras Barat terhadap Rusia juga membuat negara-negara Arab ingin mempererat hubungan dengan China.
Selama kunjungan itu, Xi diperkirakan akan menghadiri KTT China-Arab perdana dan pertemuan Dewan Kerja Sama Teluk yang mencakup Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar dan Uni Emirat Arab.
Meskipun sebagian detil kunjungan itu telah diketahui publik, pihak berwenang China masih mengeluarkan pernyataan yang membesar-besarkan lawatan itu.
Juru bicara Kementrian Luar Negeri China Mao Ning dalam konferensi pers pada Rabu mengatakan lawatan ini merupakan “acara diplomatik terbesar dan tingkat tertinggi antara China dan dunia Arab sejak berdirinya Republik Rakyat Cina dan akan menjadi tonggak penting dalam sejarah hubungan China-Arab.”
Soal apakah pertemuan itu akan mencapai sasarannya, Xi tahu persis ia membutuhkan pasokan minyak mentah Arab Saudi.
BACA JUGA: China dan Sejumlah Negara Teluk akan Tandatangani Belasan Kesepakatan dalam KTT China-Arab
China, Importir Minyak Mentah Terbesar di Dunia
China adalah importir minyak mentah terbesar di dunia dan sangat bergantung pada minyak dari Arab Saudi. China membayar puluhan miliar dolar setiap tahun pada negara kerajaan itu.
Xi berencana bertemu dengan Raja Salman, yang berusia 86 tahun, dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, yang berusia 37 tahun. Bagi Pangeran Mohammed, menjamu Xi meningkatkan profil internasionalnya sendiri setelah dikaitkan dengan pembunuhan kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi empat tahun lalu.
Di luar pembelian minyak, kepakaran dalam bidang konstruksi juga dapat dimanfaatkan dalam rencana pembangunan kota futuristik Neom di Laut Merah yang digagas Pangeran Mohammed. Rencana pembangunan kota itu bernilai $500 miliar. Perusahaan-perusahaan China telah bekerja di banyak negara Arab lain di Teluk Persia, antara lain di Dubai dan Uni Emirat Arab. [em/jm]