Perludem Temukan Iklan Kampanye Pilkada Berbayar di Medsos di Luar Jadwal

Seorang pria berjalan di depan logo-logo media sosial di Jakarta Convention Center, Jakarta, 16 Meii 2016. (Foto: Reuters)

Perludem menemukan 5.675 iklan berbayar dengan nilai lebih dari Rp1,8 miliar di media sosial terkait dengan Pilkada 2020. Iklan tersebut dilakukan di luar jadwal yang telah disusun Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Organisasi nirlaba Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) menemukan ada 12.291 iklan berbayar di platform Facebook tentang sosial, pemilu dan politik sepanjang 4 Agustus hingga 9 November 2020. Sebanyak 5.675 iklan di antaranya berkaitan dengan Pilkada 2020 yang diiklankan oleh 159 akun dengan nilai lebih dari Rp1,8 miliar.

BACA JUGA: Bawaslu: Ratusan Konten Internet Langgar Ketentuan Pilkada

Penayangan iklan kampanye di media sosial semestinya dilaksanakan 14 hari sebelum dimulainya masa tenang atau dari 22 November-5 Desember 2020. Hal itu diatur dalam Peraturan KPU 11/2020 tentang Kampanye Pilkada Pasal 47 ayat 6. Peneliti Perludem, Mahardhika, mengatakan penayangan iklan kampanye di luar jadwal tersebut berpotensi dianggap sebagai pelanggaran pidana.

"Perludem juga menemukan beberapa berita atau disinformasi, terutama di iklan yang berbayar. Perludem punya kepedulian terhadap iklan kampanye yang berbayar karena dia menargetkan warga yang sesuai target," jelas Mahardhika dalam diskusi daring, Minggu (22/11).

Peneliti Perludem Mahardhika. (Foto: Mahardhika)

Perludem memantau iklan berbayar di media sosial dengan metode penargetan karena dapat memanipulasi kecenderungan pilihan politik pengguna media sosial. Sementara bagi partai dan kandidat, metode penargetan iklan kampanye berbayar dapat menguntungkan mereka yang memiliki dana kampanye lebih besar. Ini juga dapat menahan ide-ide politik dari partai dan kandidat dengan dana kampanye yang kecil.

Lima daerah dengan jumlah iklan kampanye berbayar terbanyak, yaitu Sulawesi Tengah (834 iklan), Makassar (560 iklan), Surabaya (364 iklan), Sidoarjo (339 iklan), dan Kalimantan Tengah (329 iklan).

Mahardhika menambahkan lembaganya juga menemukan sejumlah risiko pelanggaran di media sosial, seperti kampanye hitam, politik identitas, hingga penggunaan robot dalam kampanye. Namun, kata dia, masih ada celah regulasi untuk mengatasi risiko ini karena Undang-undang Pilkada 2020 tidak mengatur jelas tentang pelanggaran di media sosial.

Your browser doesn’t support HTML5

Perludem Temukan Iklan Kampanye Pilkada Berbayar di Medsos di Luar Jadwal

"Regulasi itu belum memadai untuk menanggulangi risiko ini. Undang-undang Pilkada di Pasal 69 itu lebih banyak soal larangan kampanye secara umum seperti mempersoalkan dasar negara dan menghina seseorang, agama, ras dan golongan," tambah Dhika.

Dhika menjelaskan lembaganya bersama sejumlah organisasi telah menyusun pedoman etik kampanye politik di media sosial untuk Pilkada 2020 untuk mengatasi celah regulasi tersebut. Pedoman etik ini berisi imbauan kepada partai, kandidat, perusahaan media sosial, dan penyelenggara Pilkada 2020. Isinya antara lain mengenai komitmen untuk menyebarkan informasi yang benar dan melaporkan dana kampanye secara jujur.

Anggota Bawaslu RI Divisi Hukum Fritz Edward Siregar. (Foto: Sasmito Madrim/Screenshot)

Anggota Bawaslu RI Divisi Hukum, Fritz Edward Siregar, mengatakan lembaganya telah bekerja sama dengan sejumlah lembaga untuk menindaklanjuti sejumlah persoalan di media sosial dalam Pilkada 2020. Lembaga-lembaga tersebut antara lain Kementerian Komunikasi dan Informatika, kepolisian, dan perusahaan media sosial. Bawaslu juga menemukan 105 akun yang sudah beriklan di media sosial di luar jadwal yang telah ditetapkan KPU.

"Apakah itu masuk kategori pidana, tidak bisa, karena itu masih perdebatan karena tidak diatur di Pasal 65 Undang-undang Pilkada. Tapi kalau kita mengacu pada PKPU 13/2020 sudah jelas mengatakan ada iklan di media sosial," ujar Fritz Siregar, Minggu (22/11).

BACA JUGA: Kampanye Daring Belum Diminati Paslon di Pilkada Serentak

Fritz menambahkan lembaganya juga menemukan 38 isu hoaks tentang Pilkada 2020. Hingga 18 November 2020, Bawaslu telah memeriksa 380 tautan internet dan telah merekomendasikan 182 unggahan di media sosial untuk diturunkan. Menurut Fritz, persoalan Pilkada 2020 di media sosial merupakan tanggung jawab semua pihak karena ranahnya yang luas.

Daerah Pilkada dengan jumlah iklan kampanye berbayar lebih dari 100 iklan. (Tabel: Perludem)

Sementara Komisioner KPU I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi mengapresiasi pedoman etik yang disusun Perludem dengan sejumlah lembaga. Ia berharap pedoman ini dapat menjadi masukan untuk penyempurnaan pemilu mendatang.

"Kami mengapresiasi, selain upaya yang dilakukan penyelenggara, maka peran masyarakat sipil menjadi penting. Karena media sosial sangat luas cakupannya dan pesat perkembangannya," jelas Raka Sandi, Minggu (22/11/2020).

Raka Sandi menuturkan lembaganya juga telah menghimpun akun-akun resmi media sosial yang telah didaftarkan tim kampanye para pasangan calon. Ia berharap akun-akun tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam penyampaian visi, misi dan program kerja pasangan calon di tengah keterbatasan pandemi corona. [sm/ah]