Dapat memilih kapan dan dengan siapa Anda ingin terbang merupakan keuntungan nyata selama pandemi bagi pengusaha penerbangan bisnis swasta. Bisnis penerbangan terjadwal telah mengalami pukulan besar, restriksi COVID-19 dan kewajiban melakukan tes diagnostik seperti PCR telah menyebabkan kemerosotan pariwisata massal.
Menurut perkiraan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), jumlah kursi yang dapat ditawarkan ke penumpang berkurang separuh pada tahun 2020, atau pengurangan sekitar 2,699 juta penumpang.
ICAO memperkirakan tahun ini maskapai memiliki 2,199 juta lebih sedikit penumpang. Kerugian dalam dua tahun ini diperkirakan sekitar $695 miliar.
Namun tidak semua dalam industri penerbangan merugi. Sementara penerbangan terjadwal mendapat penumpang jauh di bawah level sebelum pandemi COVID-19, beberapa operator industri penerbangan swasta menyatakan mereka menghadapi permintaan yang tinggi.
"Sekarang ini sangat sulit untuk mendapatkan pesawat, karena pandemi. Sebagai operator pesawat, sebagai maskapai dalam bisnis penerbangan, kami harus menyadari bahwa pasar kosong; pesawat bekas kurang banyak tersedia, dan bahkan pesanan pesawat baru perlu waktu dua hingga tiga tahun sekarang ini," kata Manuel Gusterer, CEO perusahaan carter jet pribadi OysterJets yang berbasis di Wina.
Gusterer mengatakan ia bahkan menerima email yang menanyakan apakah ia punya pesawat yang akan dijual.
BACA JUGA: Restriksi Perjalanan Melonggar, Permintaan Jet Pribadi MeningkatDalam edisi terbaru Business Aviation Bulletin, WingX, perusahaan konsultan dan riset data Jerman mengenai penerbangan untuk bisnis, mengatakan, industri di sektor ini lebih sibuk daripada masa prapandemi.
Menurut laporan tersebut, ini merupakan dampak langsung COVID-19.
Angka-angka terakhir dari 15 Desember 2021 menunjukkan operasi penerbangan terjadwal turun 30 persen dibandingkan dengan Desember 2019. Di lain pihak, penerbangan bisnis meningkat.
Di seluruh dunia, jumlah penerbangan jet untuk bisnis pada November 2021 hampir 60 persen di atas periode yang sama tahun lalu, kata WingX.
Jika membandingkan jumlah penerbangan dengan masa prapandemi, ada kenaikan 16 persen dibandingkan dengan level pada November 2019.
Patut dicatat pula bahwa sebagian besar pertumbuhan kuat itu adalah berkat penerbangan bisnis di Amerika Utara. Beberapa bagian Eropa menghadapi fluktuasi sekarang ini karena munculnya virus corona varian omicron, kata WingX.
Secara keseluruhan, menghindari kerumunan, dapat memilih destinasi sendiri dan menghemat waktu, menambah daya tarik perjalanan bisnis pribadi, kata kepala pilot OysterJets, Stephane Larrieu.
"Well, kami telah melihat dua hal sejak pandemi: kami melihat datangnya klien baru, dan tingkat permintaan penerbangan yang meningkat pesat dan terus meningkat," tambahnya.
Karena lebih sedikit penerbangan terjadwal yang ditawarkan, menunggu penerbangan koneksi dapat membuat banyak waktu terbuang.
Your browser doesn’t support HTML5
Larrieu mengatakan manajemen top dari perusahaan kecil dan menengah telah menemukan cara lebih cepat untuk mencapai suatu tujuan.
“Bangun pukul 5 pagi dan kembali tiga hari kemudian pada pukul 11 malam di mana mereka seharusnya dapat melakukan itu dalam satu hari dengan penerbangan bisnis, ini adalah klien baru bagi kami,” ujarnya. “Mereka adalah klien yang berani mengambil risiko, yang paham mereka dapat menghemat banyak waktu, terhindar dari lelah dan meraih efisiensi dengan metode transportasi ini,” lanjutnya.
Berlawanan dengan gambaran umum, penerbangan pribadi tidak seglamor yang dikira banyak orang, jelasnya. “Sering kali penerbangannya sebentar, dan untuk keperluan kerja. Jadi orang sedang mempersiapkan rapat atau mereka bersantai sebelum rapat.” Setelah rapat atau menyelesaikan laporan mereka, suasananya lebih rileks sehingga sampanye semakin sedikit disajikan dan penggantinya lebih berupa minuman ringan.
Dominique Schiller, manajer operasi di Magnum FBO (Fixed-Base Operator) di Vienna VIP Airport juga memperhatikan jenis penumpang yang lebih luas.
"Apa yang kenyataannya kami lihat adalah ada banyak penumpang yang tidak terbiasa dengan penerbangan bisnis pada tahun-tahun sebelumnya. Mereka bukan lagi orang-orang terkaya, tetapi semua orang kini melakukan perjalanan karena ini cara aman untuk bepergian, dan dibandingkan dengan penerbangan oleh maskapai, dibandingkan dengan kelas bisnis, misalnya, harganya tidak berbeda jauh," katanya.
Sebagai contoh, penerbangan bisnis Wina-Zurich pulang pergi dapat berbiaya lebih dari 1.000 euro, kata Gusterer. Tarif perjalanan yang sama dengan jet pribadi kecil tanpa biaya servis tambahan adalah antara 6 dan 7 ribu euro. Secara ekonomi, ini jauh lebih menarik kalau perusahaan menerbangkan sekelompok orang ke satu tujuan.
Schiller mengatakan alasan semakin banyak orang beralih ke penerbangan bisnis adalah karena sejak pandemi, “sejumlah penerbangan koneksi tidak tersedia atau tidak sesuai dengan jadwal pebisnis atau pejabat pemerintah; di sisi lain, ada keluarga yang ingin terbang untuk berlibur dan tidak dapat sampai ke tujuan mereka dengan cara lain.” [uh/ab]