Pernyataan Biden terkait Venezuela Picu Pertanyaan Soal Kebijakan AS

Presiden AS Joe Biden berjalan meninggalkan Gedung Putih, Washington, pada 15 Agustus 2024. (Foto: Reuters/Nathan Howard)

Presiden Joe Biden mengatakan pada Kamis (15/8) bahwa ia mendukung pemilu baru di Venezuela, dengan memberikan jawaban yang terdiri dari dua kata kepada wartawan VOA – “Saya mendukung” – ketika ditanya “apakah Anda mendukung pemilu baru di Venezuela?”

Sebelumnya pemimpin Brazil telah mengusulkan pemilu ulang di Venezuela dari pemilihan yang berlangsung pada 28 Juli lalu, yang menurut Gedung Putih dimenangkan oleh kandidat oposisi Edmundo González Urrutia. Protes meningkat setelah adanya klaim kemenangan Presiden Nicolás Maduro, dan pemimpin oposisi menyerukan protes besar-besaran pada Sabtu (17/8) besok.

Namun pemerintah AS mengatakan kepada VOA beberapa jam kemudian bahwa Biden memahami pertanyaan VOA secara berbeda, sehingga tidak jelas apakah hal tersebut mencerminkan perubahan sikap Washington terhadap krisis politik Venezuela.

Seorang juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS (NSC) menegaskan kembali sikap pemerintahnya, dan mengatakan kepada VOA melalui email bahwa Biden “berbicara mengenai absurditas Maduro dan perwakilannya yang tidak berterus terang mengenai pemilu tanggal 28 Juli.”

BACA JUGA: Kandidat Oposisi Venezuela Serukan Penyelidikan atas Dewan Pemilihan Nasional

“Sangat jelas bagi mayoritas rakyat Venezuela, Amerika Serikat, dan semakin banyak negara lain bahwa Edmundo Gonzalez Urrutia memenangkan suara terbanyak pada tanggal 28 Juli. Amerika Serikat kembali menyerukan agar keinginan rakyat Venezuela dihormati dan agar diskusi dimulai mengenai transisi kembali ke norma-norma demokrasi.”

Juru bicara tersebut tidak mengatakan secara pasti pendapat Biden mengenai apakah pemilu di Venezuela harus diulang.

Sebelumnya pada Kamis, juru bicara NSC mengatakan kepada VOA bahwa pemerintahan Biden “sedang mempertimbangkan serangkaian opsi untuk memberi insentif dan menekan Maduro agar mengakui hasil pemilu dan akan terus melakukannya.”

Secara terpisah, Penasihat Komunikasi Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan kepada wartawan: “Kami ingin melihat penghitungan suara yang sebenarnya, datanya, dan kami belum melihatnya. Jadi, kita masih perlu melihatnya.”

Kirby juga menambahkan, “tidak benar bahwa ada amnesti yang ditawarkan kepada Maduro” sebagai bagian dari kesepakatan untuk menyelesaikan krisis yang tengah berlangsung saat ini.

BACA JUGA: PBB Prihatin atas Tindakan Keras terhadap Demonstran di Venezuela

Tak lama setelah pemilu, Maduro mulai menindak lawan-lawan politiknya, sehingga kelompok-kelompok HAM membunyikan alarm tanda bahaya.

Washington telah lama bersitegang dengan Caracas, yang disebabkan oleh berbagai macam hal seperti perbedaan ideologi dengan negara berhaluan kiri tersebut, keraguan mengenai validitas pemilu sebelumnya, sanksi AS terhadap para pejabat Venezuela terkait pelanggaran HAM, dan sanksi ekonomi AS yang melumpuhkan negara kaya minyak tersebut.

Situasi di Venezuela telah menyebabkan eksodus jutaan warga Venezuela ke wilayah utara, sehingga membuat pihak berwenang Amerika Serikat dan para migran tersebut berada dalam posisi yang sulit. [ab/ka]

Celia Mendoza, Carolina Valladares dan Patsy Widakuswara berkontribusi dalam laporan ini.