Mantan pemberontak dari Koordinasi Gerakan Azawad (CMA) di Mali utara, pada Senin (11/9), mengatakan bahwa mereka berada dalam “masa perang” dengan pihak junta yang berkuasa, demikian pernyataan yang diterima kantor berita AFP.
CMA, aliansi kelompok yang didominasi etnis Tuareg yang menuntut otonomi atau kemerdekaan dari Mali, meminta semua penduduk wilayah Azawad utara agar “turun ke lapangan untuk berkontribusi dalam upaya perang” dalam pernyataan yang juga disebar di media sosial.
Dalam pernyataan tersebut, CMA mengatakan tujuannya adalah “membela dan melindungi tanah air dan merebut kembali kendali atas seluruh wilayah.”
Pernyataan itu adalah dokumen pertama yang ditandatangani kelompok yang menamakan diri mereka sebagai "Tentara Nasional Azawadian."
BACA JUGA: Pasukan PBB di Mali Ditarik Lebih Awal karena Kondisi Tidak AmanKesepakatan perdamaian 2015 – disebut perjanjian Aljazair antara pemerintah dan CMA – berada di ujung tanduk.
Pada akhir Agustus, junta Mali telah meminta kelompok-kelompok bersenjata di utara untuk memperbarui dialog dan perjanjian damai yang gagal, di tengah kekhawatiran akan terjadi kekerasan baru setelah pasukan penjaga perdamaian PBB menarik diri dari wilayah tersebut.
Misi penjaga perdamaian PBB, yang dikenal sebagai Minusma, mempunyai waktu hingga 31 Desember untuk meninggalkan Mali setelah 10 tahun kesulitan menstabilkan lingkungan keamanan negara itu di tengah pemberontakan yang dilancarkan kelompok separatis dan jihadis. [ka/rs]